Selasa, 03 April 2012

Hah, Eksistensialisme? Manusia Pusat Dunia?

Sedikit berkicau tentang eksistensialisme yang merupakan corak filsafat anti-kodrat dan menempatkan manusia sebagai pusat dunianya.


Eksistensialisme manusia dari keberadaannya bukan dari esensinya. Manusia kongkret dan ada di sana, di dunia.

Manusia terlempar di dunia: Keberadaannya di dunia bukan atas pilihannya. Setiap orang sudah menanggung keberadaannya sejak lahir (gen tertentu, keluarga, masyarakat, kondisi alam, dsb).

Paradoks keberadaan manusia: Keberadaan yang bukan pilihannya menjadi tanggung jawabnya. Manusia jatuh dalam masyarakat dan kehidupan sosial. Keberadaan manusia adalah keberadaan dalam dunia, bersama manusia lain. Dunia manusia adalah dunia bersama. Tiga jenis Dunia: Umwelt (dunia fisikal; alam), mitwelt (dunia bersama manusia lain) dan eigenwelt (dunia pribadi).

Setiap manusia adalah subjek: unik dan tak dapat diperbandingkan. Manusia tidak dapat dipahami dari esensinya. Manusia hanya dapat dipahami dari eksistensinya; dari keberadaannya di dunia bersama manusia lain.


Sartre: "Eksistensi mendahului esensi. Selama masih hidup, manusia tidak dapat didefinisikan karena masih berkembang dan belum jelas batasnya"


Jaspers: "Keberadaan manusia lain adalah penegasan kebebasan kita dan hubungan intersubjektif mungkin terjadi"


Sartre: "Neraka adalah orang lain. Keberadaan manusia lain adalah awal kejatuhan eksistensiku sebagai subjek"


Kierkeegard: "Tuhan adalah dasar dan penjamin eksistensi manusia; penjamin kebebasan"


Nietzsche: "Tuhan sudah mati. Manusia membunuhnya. Kematian tuhan menyebabkan manusia harus menentukan nilainya sendiri"


Nietzsche: "Untuk bisa menjadi pencipta, manusia harus jadi penghancur, juga menghancurkan tuhan sebagai nilai moral dasar"


Berdyaev: "Kebebasan tanpa syarat dan tanpa kompromi adalah kebebasan dalam Tuhan. Kebebasan baru bermakna jika dihadapkan pada imperatif (keharusan) di hadapan manusia-manusia lain yang juga bebas. Pandangan dunia manusia berbeda-beda; setiap orang memiliki pandangan dunia masing-  masing yang unik. Esensi tidak dapat ditangkap; selalu terletak pada putusan subjek"


Kierkegaard: "Manusia pada dasarnya adalah pelaku  (doer) bukan penahu (knower). Filsafat jangan instruktif, melainkan harus terlibat dalam kehidupan. Hidup bukanlah sebagaimana yang kita pikirkan, melainkan sebagaimana yang kita hayati. Manusia yang konkret dan nyata adalah yang individual dan subyektif. Manusia adalah pengambil keputusan dalam eksistensinya"


Nietzsche: "Rayakanlah hidup! Cintai takdirmu! Terima apa yang terjadi, juga penderitaan dan rasa sakit, sebagai hal baik. Hidup adalah apa yang kita lakukan hingga saatnya kita mati"


Sartre: "Tak ada kenyataan kecuali dalam tindakan. Manusia dikutuk untuk bebas; karena sekali ia terlempar ke dunia, ia bertanggungjawab atas apa yang dilakukannya"



Eko Surya Winata: "Aku cinta kau itu urusanku, bagaimana kau padaku itu bukan urusanku"


Published with Blogger-droid v2.0.4

0 komentar:

Posting Komentar

Tayangan halaman minggu lalu

Diberdayakan oleh Blogger.

Mengenai Saya

Foto saya
Kunang-kunang, dulu aku kecil, kau-pun juga. Sekarang aku besar, tapi kau masih tetap saja kecil. Andai ada kunang-kunang sebesar diriku, maka akan teranglah dunia.

Pengikut