Halloo!

Perkenalkan, Saya Eko Surya Winata!

Knowledge is Power

"Tulisan ini ngawur, sama kayak yang nulis" - Ayah

Tulisan Berbahaya!

"Maksudnya apa sih ini?" - Ibu

www.twitter.com/ekoswinata

Berteman dengan Eko Surya Winata di Twitter

Salam Kenal

Menulis Adalah Kerja untuk Keabadian!

Selasa, 03 September 2013

Charlie Chaplin dan Film The Modern Times

The Modern Times
• Produksi                     : United Artists
• Durasi                         : 87 menit • Tahun Pembuatan  : 1936
• Negara                        : Amerika Serikat
• Sutradara                   : Charles Chaplin
• Produser                    : Charles Chaplin
• Penulis skenario      : Charles Chaplin
• Penata Kamera        : Rollie Totheroh, Ira Morgan
• Editor                          : Williard Nico
• Charlie Chaplin         : Pekerja Pabrik (The Tramp)
• Paulette Goddard     : Gamine (Ellen Peterson)
• Henry Bergman         : Pemilik Café
• Chester Conklin        : Montir
• Stanley Sandford     : Big Bill
• Hank Mann                : Perampok
• Stanley Blystone      : Ayah Gamine
• Al Ernest Garcia       : Presiden Electro Steel Corp.
Film ini mengisahkan semua akibat dari revolusi industri ini dengan sangat baik. Penyampaiannya pun juga ringan dan penuh humor. Meski begitu film ini sangat jelas menggambarkan situasi Amerika Serikat dimana pada kurun waktu 1930-an masih terkena imbas dari Revolusi Industri, pada saat itu di mana banyak kepala keluarga yang kehilangan pekerjaan, rela mengantri demi mendapatkan pekerjaan, rela mencuri, demo besar-besaran dari kalangan buruh, dan betapa kacau balaunya suatu sistem mesin apabila mengalami sedikit gangguan saja. Kondisi yang kian kacau akibat penggantian tenaga manusia oleh tenaga mesin ini membuat jumlah pengangguran semakin meningkat diiringi dengan jumlah kelaparan dan kejahatan. Inilah kritik keras Charlie Chaplin yang dituangkannya dalam Modern Times. Film tersebut dibuka dengan tulisan, “A story of industry, of individual enterprise—humanity crusading in the pursuit of happiness (Sebuah kisah tentang industry, tentang perusahaan individual—perang suci kemanusiaan untuk mencari kebahagiaan).
Keberadaan film Modern Times sangat menarik untuk ditelaah lebih jauh, terlebih lagi menggunakan analisa teori film marxist, karena film ini muncul di era situasi politik dan ekonomi dunia sedang tidak stabil; imbas dari revolusi industri yang juga mempengaruhi situasi politik dimana pertentangan antara kaum liberal dan komunis mulai memanas, diiringi oleh tumbuh berkembangannya faham komunis pasca revolusi Bolshevik di Russia dan menjelang menguatnya kubu-kubu imperialis fasis seperti Nazi, Jepang, fasis Italia dan fasis Inggris.
PLOT
Sebelum memasuki ranah yang lebih jauh, ada baiknya mengulas sedikit tentang alur cerita dalam film Modern Times ini. Fiilm ini merupakan salah satu film yang menyemarakan film dengan jenis komedi yang disajikan secara tragika, yang sebelumnya ada Buster Keaton yang lebih dahulu memulainya. Film Modern Times dengan cerdas menyoroti kehidupan Amerika (dan dunia) pada masa awal abad 20 yang saat itu yang masih terkena imbas dari Revolusi Industri. Sebagian film ini bersuara, namun sisanya adalah bisu namun dihiasi musik. Film ini di awali dengan aktivitas di sebuah perusahaan Electro Steel Corp. Kita akan melihat buruh-buruh yang bekerja. Kita seperti disuguhkan dengan sebuah analogi tentang manusia yang tak jauh beda dengan jenis hewan-hewan pekerja, seperti lebah, rayap atau semut, yang pada saat itu terjebak dalam rutinitas yang itu-itu saja.
Setelah sedikit pengenalan terhadap suatu pabrik, Electro Steel Corp. yang serba mesin, kita diperkenalkan pada seorang pekerja pabrik yang bertugas mengencangkan baut yang bernama Tramp (Charles “Charlie” Chaplin). Tramp dan para pekerja lainnya tenggelam dalam rutinitasnya dan diharuskan bekerja tanpa henti kecuali untuk makan siang. Sempat dalam sebuah adegan, Tramp diam-diam bersembunyi di toilet untuk beristirahat dan merokok, tetapi kemudian dia mendapatkan teguran dari Direktur Electro Steel Corp. lewat layar pemantau.
Secara psikologis, rutinitas pekerjaan Tramp sebagai pengencang baut tersebut mempengaruhi memori dalam otaknya. Kegiatan yang berulang-ulang tersebut mempengaruhi saraf motoriknya untuk melakukan gerakan mengencangkan baut, walau Tramp sendiri tidak dalam kondisi bekerja. Apapun yang dia temukan berbentuk baut, akan dia kencangkan dengan kunci inggrisnya.
Electro Steel Corp., perusahaan yang selalu ingin segala sesuatu yang terjadi di pabrik tersebut, baik aktifitas produksi dan hasil produksinya efesien dan terukur, mulai memikirkan agar waktu makan siang dipotong untuk menghasilkan waktu yang lebih efisien dan dapat digunakan semaksimal untuk bekerja. Kemudian datanglah beberapa salesman yang menawarkan rancangan “modern” feeding machine alias mesin pemberi makan modern. Dalam demonstrasi penggunaan “modern” feeding machine, ditunjuklah Tramp menjadi kelinci percobaan mesin tersebut yang akhirnya gagal dan menyebabkan Tramp yang telah lama memendam stress akibat rutinitasnya “meledak” dan mengacaukan seisi pabrik, salah satunya dengan masuk ke roda gerigi penggerak mesin-mesin pabrik. Hasilnya, Tramp pun dikirim ke rumah sakit jiwa.
Di luar kisah Tramp sendiri, diceritakan pula situasi masyarakat di luar rumah sakit jiwa, dimana terjadi gejolak besar dalam kehidupan masyarakat, banyak pabrik yang tutup dan pengangguran bertambah. Setelah dirawat untuk beberapa waktu dan dinyatakan sembuh, Tramp keluar dari rumah sakit jiwa. Tramp sendiri tidak menyadari bahwa sedang terjadi gejolak sosial di masyarakat, dimana sedang terjadi demonstrasi besar-besaran yang dilakukan oleh kaum buruh. Pada saat dia berjalan di sebuah sudut kota dan melihat sebuah bendera merah yang jatuh dari sebuah truk pengangkut barang, kemudian Tramp mengambil bendera tersebut, dan berusaha untuk mengejar truk tersebut. Pada saat dia mengejar truk tersebut, tanpa disadari dari belakang dirinya muncul segerombolan buruh yang tengah berdemonstrasi, sehingga terjadi kesalahpahaman, Tramp oleh polisi dituduh sebagai pemimpin demonstrasi dan akhirnya dikirim ke penjara. Di dalam penjara, Tramp mendapatkan tekanan yang sama, hidup dalam sebuah sistem yang diatur oleh kepala penjara dan para sipir. Hingga pada saat jam makan, terjadi inspeksi mendadak dari intelejen, bahwa ada seseorang yang diduga kuat sebagai pengedar kokain di penjara, dan tersangka pengedar tersebut tepat duduk di samping Tramp. Merasa terancam, si Pengedar menuangkan kokain tersebut ke dalam tempat garam. Dan kemudian tanpa sengaja Tramp memakan kokain, yang ia kira itu adalah garam. Setelah memakan kokain, ia mengigau hingga jam makan selesai dan akan kembali ke sel. Pada saat semua kembali ke sel, karena dibawah pengaruh kokain, Tramp justru tertinggal di halaman depan selnya, dan pada waktu yang bersamaan terjadi insiden dari segerombolan penjahat yang melakukan pembajakan terhadap kepala penjara dan beberapa sipir. Para penjahat tersebut ingin membebaskan seorang narapidana yang kebetulan satu kamar sel dengan Tramp. Masih dibawah pengaruh kokain, Tramp tanpa sengaja berhasil menaklukan penjahat yang berusaha melarikan diri dengan menyandera para polisi, sehingga dia dianggap sebagai pahlawan dan dibebaskan.
Suatu peristiwa yang melibatkan keluguannya malah menjadikannya pahlawan dalam penjara dan membuatnya akrab dengan para sipir penjara, hidup enak dengan segala fasilitas menyenangkan di selnya sehingga membuatnya betah.
Saat ia keluar dari penjara, pabrik tempatnya dulu bekerja telah tutup dan saat mencari kerja ia tak bisa beradaptasi sehingga banyak membuat masalah yang tak disengaja dan membuatnya tak mendapatkan pekerjaan. Ia pun memutuskan untuk kembali ke penjara karena merasa lebih nyaman. Di tempat lain, seorang gadis cantik namun melarat bernama Ellen Peterson (Paulette Goddard) yang cerdik dan berayahkan seorang pengangguran menjadi yatim piatu karena sang ayah tewas dalam suatu insiden melarikan diri dari orang pemerintah yang ingin mengambil dirinya dan adik-adiknya. Karena lapar, ia mencuri roti namun tertangkap dan bertemu Tramp di jalan yang mengaku sebagai pencurinya, namun gagal karena adanya saksi.
Ellen Peterson kemudian bertemu lagi dengan Tramp yang berulah agar ditangkap polisi di mobil patroli dan merekapun kabur. Keduanya saling jatuh cinta dan membayangkan punya rumah sendiri. Tramp pun berinisiatif untuk menyenangkan Ellen Peterson dengan bekerja sebagai penjaga malam sebuah department store dan mengadakan pesta dengan Ellen Peterson pada malamnya. Saat Ellen Peterson tidur, Tramp bertemu kawanan pencuri yang salah satunya adalah rekannya di pabrik yang terpaksa menjadi pencuri karena kelaparan. Mereka pun berpesta dan esoknya Tramp ditemukan ditumpukan kain dagangan dalam keadaan mabuk yang lagi-lagi membuatnya dikirim ke penjara.
Ellen Peterson setia menunggu dan saat Tramp keluar dari penjara sepuluh hari kemudian, Ellen Peterson memberinya kejutan dengan memberitahukan bahwa Ellen Peterson telah mendapatkan rumah, tepatnya sebuah gubuk dipinggir pelabuhan. Ellen Peterson berkata ini rumah yang mereka impikan walaupun tidak semewah istana Buckingham. Merekapun tinggal dengan penuh sukacita.
Keesokan paginya, Tramp mendapat pekerjaan di sebuah pabrik yang baru buka. Namun ketika dia sibuk mengeluarkan bos nya yang terjebak di dalam mesin, para buruh lainnya memutuskan untuk berdemonstrasi. Secara tidak sengaja Tramp membuat ulah yang menyebabkan sebuah batu bata melayang ke kepala seorang polisi, Tramp ditangkap lagi.
Dua minggu kemudian, Tramp dibebaskan. Sementara itu Ellen Peterson mendapat pekerjaan sebagai penari di sebuah cafe. Ellen Peterson berusaha memberi pekerjaan kepada Tramp sebagai seorang penyanyi. Ketika pertunjukkan, Tramp lupa dengan lirik lagu yang akan dinyanyikan dan membuat sebuah contekan yang dibuat di pergelangan tangan. Namun pada saat pertujukan, tanpa ia sadari contekan dipergelangan tangan tersebut terlepas. Namun, Tramp terselamatkan dengan improvisasinya melalui lirik jenaka dan pantomime.
Tidak lama kemudian polisi datang ingin menangkap Ellen Peterson karena menggapnya sebagai buronan kepolisian. Tetapi Ellen Peterson lolos lagi dengan dibantu oleh Tramp. Akhirnya, mereka berdua pergi meninggalkan kota tersebut dengan harapan yang lebih baik.
PENDEKATAN UMUM BERDASARKAN KONTEKS JAMAN
Aristoteles mengatakan bahwa komedi muncul karena rasa sakit. Rasa sakit dan sesuatu yang buruk tersebutlah yang patut untuk ditertawakan, bahkan terkadang kita menertawakan rasa sakit yang terjadi pada diri kita sendiri. Pilihan komedi satire (Sarkasme atau sindiran) inilah yang dipergunakan oleh Charles Chaplin dalam beberapa filmnya, terutama dalam film Modern Times untuk melakukan kritikan terhadap kapitalisme, tanggapan atas dampak revolusi industri di mana mesin – mesinlah yang memperbudak para pekerja pada masa Great Depression (jam kerja panjang dengan sedikit keselamatan bagi pekerjaan dan gaji yang sangat kecil, sedangkan kelas atas tetap kaya dan hanya menunggu hasil). Film Modern Times melawan arus di dalam Hollywood yang didominasi oleh film-film bergenre mellowdrama dan western yang sedang berkembang.
Dalam Communist Manifesto, Marx dan Engels menunjukkan bahwa akibat penggunaan mesin yang luas dan pembagian kerja, kerja proletariat telah kehilangan seluruh ciri individualitasnya, dan, sebagai akibatnya, pekerja hanya menjadi alat pembantu mesin, dan hanya paling sederhana, paling monoton, dan oleh karenanya hanya dibutuhkan ketrampilan yang paling mudah dipelajari. Oleh karena itu, biaya untuk menghasilkan seorang pekerja dibatasi, hampir seluruhnya, sampai di tingkat yang hanya cukup untuk membuatnya bertahan hidup. Tapi harga komoditi, dan demikian pula halnya dengan tenaga kerja, adalah sama dengan biaya produksinya. Maka, sebanding dengan semakin menjijikkannya pekerjaan itu, semakin turun pula tingkat upah. Lebih lagi, sebanding dengan meningkatnya penggunaan mesin dan pembagian kerja, meningkat pula beban kerja, baik melalui perpanjangan jam kerja, melalui peningkatan ragam pekerjaan yang dituntut dikerjakan dalam rentang waktu tertentu atau oleh peningkatan kecepatan kerja mesin, dan lain-lain.
Teknologi yang baru bukannya memperbaiki taraf kehidupan kaum buruh dalam industri, ia malah digunakan untuk memperburuk kondisi dari para buruh. Rasa tidak aman, tekanan yang tanpa henti atas sistem syaraf, stress yang sama, yang membawa masalah-masalah kesehatan dan depresi. Dampak yang jelas terjadi pada kondisi psikologis tokoh Tramp, dimana dia tanpa tidak terkontrol selalu melakukan hal-hal yang dia lakukan pada saat bekerja, walaupun dia dalam keadaan tidak melakukan pekerjaan itu. Dalam film Modern Times, kemiskinan dan hal-hal yang dianggap menjijikan, menjadi sesuatu yang lucu tapi tragis dan justru dengan bentuk inilah film ini berhasil menjadi film yang cukup populis di era-nya. Kehidupan masyarakat pada kelas sosial proletar telah begitu terepresi oleh sistem yang dibuat oleh kaum borjuis atau kapitalis, dan jumlah kaum proletar jauh lebih besar dari jumlah para borjuis tersebut. Hingga tingkat represi tersebut sudah menjadi hal yang kemudian dianggap sebagai konsekuensi yang harus diterima oleh kaum proletar. Sehingga nasib sial dan kemiskinan bagi mereka cukup ditanggapi dengan sesuatu hal yang menggelikan, walaupun bagi kaum proletar sendiri itu hal yang paling mengenaskan.
Bekerja dibawah tekanan dan ancaman pemutusan hubungan kerja merupakan hal yang dapat terjadi pada siapapun dan kapanpun. Bentuk pertunjukan komedi, termasuk film komedi kemudian menjadi pelarian untuk dapat dengan sejenak melepaskan kepenatan atas situasi yang kala tahun 1930-an terjadi. Bagi Charles Chaplin sendiri, kemiskinan dan nasib tidak beruntung bukan hal yang baru pada kehidupan dirinya. Pada saat kanak-kanak, kedua orang tuanya bercerai, dan dia tinggal bersama ibunya yang dikemudian hari pada saat Charles Chaplin berumur 12 tahun, ibunya menderita skizoprenia. Kemudian, Chaplin terpaksa tinggal di rumah penampungan orang miskin, bekerja untuk imbalan makan dan tempat berteduh di kawasan Lambeth, London. Setelah tinggal di sana beberapa minggu, Chaplin dimasukkan sekolah asrama penampungan anak terlantar bernama Central London District School di Hanwell. Selain situasi pabrik yang digambarkan oleh Charles Chaplin, beberapa adegan dalam film jelas menggambarkan situasi ideologi yang sedang bekerja dalam masyarakat Amerika Serikat dan Eropa pada tahun 1930-an. Louis Althuser memberikan pendapat, pada tatanan ideologi yang berkembang pada masyarakat menurutnya bekerja dengan dua sisi; Represive State Apparatus, yang bersifat menekan secara langsung; Dan Ideological State Apparatus, yang bersifat menekan secara halus. Secara gamblang, Charles Chaplin memberikan bukti-bukti tentang masa film ini pada tingkat Represive State Apparatus, dimana pihak-pihak yang menghegemoni menekan pihak-pihak yang lemah pada posisi tertentu, seperti perusahaan yang merepresi para buruh yang bekerja, serta aparat hukum yang merepresi para demonstran dan tahanan. Namun dengan cara tersebut, Charles Chaplin Nampak sadar bahwa film ini merupakan sebuah kerja untuk merepresi dengan cara halus kepada penonton, terutama melalui unsur komedi, dengan mengatakan bahwa sistem yang dibuat oleh kaum kapitalis sangat tidak bersahabat, tetapi sebagai kaum proletar harus tetap optimis untuk menghadapi sistem tersebut. Hal tersebut tampak pada adegan akhir film dimana tokoh Tramp dan Ellen Peterson berjalan dengan senyumnya menuju jalan yang tampak jauh di depan mereka.
Struktur naratif dalam film ini berjalan dengan prinsip-prinsip struktur Sinema Hollywood Klasik, yaitu bekerja dengan klausalitas yang jelas. Namun, Charles Chaplin mencoba mengembangkan teori ideologi Louis Althuser dengan memecah plot awal film menjadi dua sub-plot besar, yaitu kisah Tramp dan Ellen Peterson yang pada akhirnya menjadi satu kesatuan yang berjalan pada satu plot yang sama.
PENDEKATAN LEWAT GAYA (STILISTIK) SEBAGAI PROTES ATAS JAMANNYA
Modern Times, dengan gaya tertentu Charles Chaplin memuntahkan semua kegelisahan terhadap jamannya. Tata kamera yang sederhana merupakan bentuk pilihan tepat, memberikan ruang dan waktu kepada penonton untuk mencermati setting dan properti serta kekuatan gestur tokoh Tramp yang dimainkan oleh Charles Chaplin. Baik penggunaan tata kamera dan artistik dalam film ini menggunakan pendekatan cinematic realism, dimana konvensi atas semua kode fiksi yang diterapkan pada stilistik merupakan konvensi yang terpengaruh pada era 1930-an. Semua tampak seperti realitasnya, walaupun dalam beberapa bagian film mengingatkan kita pada film-film German Expressionism, tampak pada setting yang dilebih-lebihkan pada adegan Tramp yang terjebak dalam sebuah putaran roda gerigi penggerak mesin. Tapi konvensi realisme di era 1930-an masih dipertahankan, penggunaan gaya German Expressionism ini menguatkan imaji penonton terhadap tertindasnya manusia (kaum buruh) oleh mesin-mesin yang dipergunakan kaum kapitalis sebagai akibat dari dampak revolusi industri. Teknik pengekangan yang berlebihan (Super impose Technic) digunakan dalam sebuah setting pabrik, yaitu layar monitor yang terhubung antara presiden Electro Steel Corp. ke setiap sudut bagian pabrik. Berfungsi untuk mengontrol setiap kinerja mesin dan kerja para buruh. Sebuah bentuk Represive State Apparatus yang diciptakan langsung sebagai bagian dari cerita film Modern Times, yang merupakan sindiran kasar terhadap kapitalisme yang bagi sebagian buruh dinilai cukup mengganggu. Tidak ada lagi kebebasan secara individual untuk menikmati hidup. Tak luput pula, sosok Tramp yang diciptakan oleh Charles Chaplin merupakan sinikal dari sistem kapitalisme yang sedang berkembang serta tumbuhnya semangat fasisme dibeberapa wilayah dunia. Sosok Tramp merupakan perwujudan dari kaum proletar yang mencoba untuk membunuh kelasnya sendiri. Kemiskinan yang Tramp alami, ditutup-tutupi dengan kostum yang biasa digunakan oleh kaum borjuis, berdandan rapi, dengan jas, dasi dan topi, sehingga tampak seolah-olah menjadi seorang bangsawan. Walau bagaimanapun, setiap aksi dan perilaku yang Tramp lakukan masih menampilkan sosok kaum kelas bawah. Perilaku yang kampungan dan kebodohan-kebodohan orang-orang yang tidak mengenyam pendidikan tinggi. Kumis yang menjadi ciri khas Tramp sendiri merupakan sindiran terhadap fasisme Hitler yang mulai muncul pada pertengahan tahun 1930-an. Dan akibatnya, film-film Charlie Chaplin sempat diboikot masuk ke wilayah Jerman.
Film Modern Times merupakan film pertama Charles Chaplin yang memperkenalkan secara langsung suara Charlie Chaplin. Musik pun Charles Chaplin garap sendiri, masih dengan instrumen yang serius tetapi dalam beberapa bagian memainkan pola harmoni yang bersifat komikal. Pada saat film-film dengan suara muncul, Charles Chaplin masih dengan setia untuk tidak menggunakan dialog. Karena Charles Chaplin percaya bahwa kekuatan sebuah film ada pada gambar, setting dan akting. Hanya pada beberapa bagian saja Charles Chaplin menempelkan suara dialog, yaitu pada bagian layar monitor dari presiden Electro Steel Corp. itupun dengan alasan untuk menguatkan fungsi reperesif yang dialami kaum buruh pada cerita film Modern Times.

Minggu, 28 April 2013

Dominasi Pemikiran Otak Kiri dalam Kognisi Barat

Plato dan Aristoteles waktu itu menghampiri kedai minumanku. “Wah kukira mereka sudah berdamai” Ujarku dalam hati. Gambaran itupun secara implisit berkeliaran di kepalaku, tepatnya bersamaan dengan nyanyian burung yang merdu seperti tak kenal bahasa makian.

“Bos, pesan es pocong dua!” Ujar Aristoteles yang matanya tak berhenti memandang sinis sang guru Plato. Aku sungguh takut, takut yang sebenarnya lebih disebabkan mimpi pocong semalam. Jujur sebenarnya aku sendiri belum pernah melihat materi yang disebut pocong. Tapi itu tak usah dibahas, lebih baik aku buatkan saja mereka es pocong, yaitu es sumsum campur kedelai, yang kupoles sedikit dengan seni (bukan air seni).

Memandang Aristoteles dan Plato, mengingatkanku pada pembedaan otak kiri dan otak kanan. Keduanya memang berlainan,  dan memandang dunia dengan cara yang tidak sama. Otak kiri yang logis rasional, asertif, dan maskulin. Karakteristiknya memandang dunia secara linier, mengorganisasi input sensoris ke dalam bentuk titik pada suatu garis, secara berurutan. Yang aku tahu otak kiri lah yang menciptakan konsep kausalitas, yaitu kesan bahwa sesuatu menyebabkan  sesuatu yang lainnya, karena ia selalu terjadi lebih dulu. Sebaliknya, otak kanan mampu memahami seluruh  pola yang ada. Dia (otak kanan) adalah cenderung menerima segalanya dengan lebih bebas, feminis, resertif, mistik, dan intuitif. Aku memandang keduanya barangkali secara lebih kasar ialah, otak kiri ‘rasional’ dan otak kanan ‘irasional’.

Sembari aku memperhatikan Plato dan Aristoteles, aku masuk lagi ke dalam renung bawah sadar. Ya, benar adanya bahwa perkembangan ilmu pengetahuan menandai permulaan dominasi pemikiran otak kiri dalam kognisi barat dan menenggelamkan pertimbangan otak kanan ke dalam status ‘bawah tanah’ (bawah sadar) sehingga tidak pernah memunculkan apa-apa (yang diakui ilmu pengetahuan). Semoga di masa depan aku bertemu dengan sesorang yang menemukan ‘alam bawah sadar’ yang dia nyatakan sebagai alam gelap, misterius, dan irrasional (seperti halnya otak kiri memandang otak kanan). Sebagaimana Lao tse memahami fenomena yang sama ribuan tahun yang lalu (yin dan yang), meskipun mereka tidak pernah mengalami pembedahan pisah-otak.

Aku bermimpi mengajak manusia mengakui kembali aspek-aspek psikis yang lama dikesampingkan dalam masyarakat rasionalistik. Untuk dapat mengagumi dan menghargai sesuatu, orang harus memahaminya dengan cara khusus, meskipun pemahaman itu mungkin tak terdeskripsikan. Pengalaman ajaib-subjektif membawa pesan bagi pemikiran rasional bahwa objek keajaiban hanya dapat diamati dan dipahami dengan cara yang yang tidak sama dengan cara rasional.

"Apalah itu rindu, lebih baik kurasakan daripada harus kupikirkan" (Winata:69)

Selasa, 19 Februari 2013

Movie? Or Film?

Ada beberapa film anyar yang direkomendasikan banget untuk ditonton. Film yang dimaksud ini film yang mengangkat persoalan eksistensial, tema keseharian manusia. Filmnya, yaitu: A Late Quartet, The Letter Writer, The Play Room, The Sessions. Film-film eksistensial itu entah bisa kita tonton di bioskop 21 atau tidak, karena film-film yang menyuburkan akal sehat biasanya tidak laku di bioskop-bioskop itu.

Bioskop 21 memang hanya memutar film-film industri yang Box Office (beberapa saja yang oke), kita tak punya bioskop yang memutar film-fim kritis. Ada pendapat (mungkin ini mitos) kenapa hollywood cenderung menggunakan kata 'movie' dan eropa menggunakan kata 'film'? Beberapa literatur sejarah dan kritik film memang mempersoalkan perbedaan istilah 'movie' dan 'film', movie lebih ke komersil, sedangkan film condong ke kritis. Perfilman eropa memakai istilah 'film' dengan alasan ini lahir dari teknologi-saintifik optik, 'movie' untuk gambar-gerak komersil. Jadi bayangkan bagaimana gaya kita menonton film dikendalikan oleh bioskop 21 melulu dgn film hollywood. Proses ini dinamakan hegemonik-kultural. Sehari-hari penonton film indonesia menonton film di bioskop 21 dengan film-film hollywood, seolah-olah film itu cuma yang komersial gitu.

Saranku jika perfilman indonesia mau maju, maka bisa belajar pada iran yang dengan tegas menolak meniru film-film hollywood.  Iran berangkat dari kegelapan perfilmannya yang sempat menjadi pengikut film-film hollywood semasa rezim Pahlevi.

Minggu, 17 Februari 2013

Kita? Masyarakat? Negara? Nasi?

Kita dihidupkan di dalam masyarakat dimana tukang pizza datang lebih cepat ketimbang polisi. Dimana ketika kita melakukan sesuatu, kita juga harus melakukan sesuatu yang lain. Sama halnya seperti ketika kita buang air, kita juga harus membuang air yang lain. Ketika kecil banyak bicara dipuji-puji, saat sudah besar banyak bicara malah dimaki-maki. Dan uang sebagai alat pembayaran yang sah, memaksa kita untuk mencarinya, meski padahal kita tidak pernah merasa kehilangannya

Bumi ini memiliki air yang dari dulu volumenya tetap, tidak bertambah dan berkurang. Tapi bukan menjadi penyebab kita terbiasa membeli air untuk dibuang dan menjadi terbiasa salah menyikapi banjir.  Kehidupan di bumi ini pun menyimpan banyak pertanyaan, seperti "Kenapa dinasaorus tidak ikut masuk ke dalam kapal nabi nuh, sehingga ia tidak punah karena banjir besar?"

Di tempat ini kita tumbuh besar, menjadi orang kuat. Saking kuatnya, kita hampir tidak pernah menangis, mungkin karena telah habis air mata. Acara-acara Televisi menjanjikan hiburan, agar masyarakat tidak stres menjalankan rumitnya modernisasi. Ternyata di sana ada sinetron yang belum juga tamat, karena ada banyak penonton yang menunggu tamat dengan cara terus mengikuti sinetron tersebut. Selain itu, di sana terdapat berita kecelakaan lalu lintas, kasus pembunuhan, korupsi pekerja negara. Adapun janji-janji calon wakil rakyat yang kelak suatu saat jika terpilih, mereka akan meminggirkan kita di jalan, baik macet ataupun tidak. Hahah.. Ada-ada saja, biasanya wakil tuh pengen naik jabatan, contoh wakil kepala sekolah ingin naik jadi kepala sekolah, wakil ketua kelas ingin naik jadi ketua kelas, tapi cuma wakil rakyat yang tidak ingin naik pangkat jadi rakyat. Ada juga acara-acara yang menyediakan tempat bagi seseorang yang ingin populer, di sana terdapat anak muda yang terlihat tua lebih lama dan orang tua yang ingin terlihat seperti anak muda. HAH! nampaknya ini hiburan yang mematikan, kepalaku ingin pecah melihatnya....

Tidakkah kau berpikir tempat ini adalah tanah airmu, namun tanah dan sawahmu digusur orang. Di sanalah kamu berdiri, tanpa sandang, pangan, dan papan. Sempatkah tersirat bahwa tempat ini juga adalah tumpah darahmu, namun kekayaanmu adalah juga milik negara. Kepadanya kau harus berbakti, apa kau pernah berpikir untuk pilih sibuk mencari nasi?

Minggu, 10 Februari 2013

SAYA MENGINGINKAN SELURUH DUNIA PLUS 5%

Fabian sangat bahagia karena dia akan menyampaikan sebuah pidato ke masyarakat besok. Dia selalu menginginkan kekayaan dan kekuasaan dan sekarang impiannya akan segera menjadi kenyataan. Dia adalah seorang tukang emas, mengukir emas dan perak menjadi perhiasan, tetapi semakin lama semakin tidak puas karena harus bekerja keras dalam hidupnya. Fabian menginginkan kesenangan, dan juga tantangan, dan sekarang rencana barunya siap untuk dimulai. Selama puluhan generasi, masyarakat terbiasa dengan sistem perdagangan barter. Seseorang akan menghidupi keluarganya dengan memproduksi semua yang mereka butuhkan ataupun mengkhususkan diri dalam perdagangan produk tertentu. Kelebihan dari yang dia produksi, akan dia tukarkan dengan kelebihan barang lain yang diproduksi orang lain. Pasar setiap hari ramai dan bersemangat, orang-orang berteriak dan melambaikan dagangannya. Sebelumnya pasar adalah tempat yang menyenangkan, tetapi sekarang jumlah orang terlalu banyak, pertengkaran pun semakin banyak. Tidak ada lagi waktu untuk ngobrol dan bercanda, sebuah sistem yang lebih baik mulai diperlukan.   

Secara umum, orang-orang relatif bahagia, dan mereka menikmati buah dari hasil kerja keras mereka. Di setiap komunitas dibentuk sebuah pemerintahan yang sederhana yang tugasnya menjaga agar kebebasan dan hak setiap anggota masyarakat dilindungi dan untuk memastikan bahwa tak seorang pun akan dipaksa untuk melakukan hal yang tidak dia inginkan oleh siapapun juga. INI ADALAH TUJUAN SATU-SATUNYA DARI PEMERINTAH (GOVERNMENT) DAN SETIAP ANGGOTA PEMERINTAH DIPILIH SECARA SUKARELA OLEH ANGGOTA KOMUNITAS YANG ADA. Namun, ada masalah yang tidak bisa mereka selesaikan di perdagangan pasar sehari-hari… Apakah sebelah pisau senilai dengan dua keranjang jagung? Apakah seekor kerbau lebih berharga dari seekor ayam…? Orang-orang menginginkan sistem yang lebih baik.    Fabian mengiklankan diri kepada masyarakat, "Saya punya solusi atas masalah barter yang kita alami, dan saya mengundang kalian semua untuk sebuah pertemuan publik besok harinya."  Besok harinya orang-orang pun berkumpul di tengah kota dan Fabian menjelaskan kepada mereka konsep tentang "uang". Masyarakat yang mendengarkan pidatonya terkesan dan ingin mendengar lebih banyak.

"Emas yang saya produksi menjadi perhiasan adalah logam yang luar biasa. Dia tidak akan berkarat, dan bisa bertahan sangat lama. Saya akan membuat emas dalam bentuk koin dan kita akan menyebut setiap koin dengan nama dolar" Fabian menjelaskan konsep tentang nilai, dan bahwa "uang" akan menjadi medium pertukaran barang, sebuah sistem yang lebih baik daripada barter. Salah satu dari anggota pemerintah bertanya "Tetapi orang tertentu bisa menambang emas sendiri dan membuat koin untuk diri mereka sendiri"  "Ini tidak boleh diterima" kata Fabian. "Hanya koin-koin yang disetujui pemerintah yang boleh digunakan, dan kita akan membuat stempel khusus di koin-koin tersebut." Ini kedengarannya masuk akal dan orang-orang pun mulai menyarankan agar setiap orang mendapatkan sama banyak. "Tetapi saya yang paling pantas mendapatkan lebih" kata si pembuat lilin. "Tidak, saya lah yang berhak mendapatkan lebih," kata si petani. Dan pertengkaran pun dimulai.  Fabian membiarkan mereka bertengkar selama beberapa saat, kemudian berkata, "Karena tidak ada kesepakatan di antara kalian semua, biarlah saya yang menentukan angkanya buat Anda. Tidak ada batasan berapa koin yang akan Anda dapatkan dari saya, semua tergantung kemampuan Anda untuk membayar. Semakin banyak yang Anda dapatkan, semakin banyak yang harus Anda kembalikan tahun depan." "Lalu apa yang akan kamu dapatkan?" kata salah satu pendengar. "Karena saya yang menyediakan jasa ini, yaitu suplai uang, maka saya berhak mendapatkan bayaran dari kerja kerasku. Untuk setiap 100 koin yang Anda dapatkan dari saya, Anda akan membayarkan kembali kepadaku sebanyak 105 koin tahun depannya. 5 koin ini adalah bayaranku, dan saya akan menyebutnya bunga."

Kedengarannya tidak terlalu buruk, lagipula 5% sepertinya tidak banyak. Maka orang-orang pun setuju. Mereka sepakat untuk bertemu seminggu kemudian dan memulai sistem baru ini.   Fabian tidak membuang waktu. Dia membuat koin emas siang dan malam, dan seminggu kemudian dia pun siap dengan koinnya. Orang-orang antri panjang di depan tokonya. Setelah dicek dan disetujui oleh pemerintah, koin emas Fabian resmi diedarkan. Sebagian orang hanya meminjam sedikit koin, setelah itu mereka segera pergi ke pasar mencoba sistem baru ini. Masyarakat segera menyadari sisi baik dari sistem ini, dan mereka pun mulai menilai harga setiap barang dengan koin emas atau dolar. Orang-orang memberikan harga pada dagangannya sesuai dengan usaha untuk memproduksi barang tersebut. Barang yang mudah diproduksi harganya lebih rendah, dan barang yang sulit diproduksi harganya lebih mahal. Alan adalah seorang tukang jam. Satu-satunya di kotanya. Jam yang dia buat sangatlah mahal, tetapi orang-orang bersedia membayar untuk mendapatkan jam yang dia buat. Dan kemudian ada seorang lain yang juga mulai membuat jam dan menjualnya dengan harga yang lebih murah. Alan pun terpaksa menurunkan harga jamnya. Kedua orang ini bersaing memproduksi jam dengan kualitas terbaik dengan harga yang lebih murah. Ini adalah asal muasal dari apa yang kita sebut kompetisi. Hal yang sama terjadi juga kepada para kontraktor, operator transportasi, akuntan, petani, dan lainnya. Para pembeli selalu memilih transaksi yang menurut mereka paling menguntungkan, mereka memiliki kebebasan untuk memilih. Tidak ada perlindungan buatan semacam lisensi ataupun cukai tarif untuk menghambat orang-orang memulai perdagangan. Standar hidup masyarakat mulai meningkat, dan tak lama kemudian orang-orang pun tidak bisa membayangkan sebuah sistem perdangan tanpa uang.   Setahun kemudian, Fabian pun mulai mendatangi orang-orang yang berhutang kepadanya. Orang-orang tertentu memiliki koin emas lebih dari yang mereka pinjam, tetapi ini berarti ada orang lainnya yang memiliki lebih sedikit dari yang mereka pinjam, sebab jumlah koin yang dibuat pada awalnya memang terbatas jumlahnya. Orang-orang yang memiliki koin lebih membayar kepada Fabian dan juga 5% bunganya, tetapi mereka kemudian meminjam lagi kepadanya untuk melanjutkan sistem perdagangan di tahun mendatang. Sebagian orang mulai menyadari untuk pertama kalinya seperti apa rasanya hutang. Sebelum mereka bisa meminjam kembali kepada Fabian, kali ini mereka harus menjaminkan aset-aset kepadanya, dan mereka pun melanjutkan perdagangan selama setahun mendatang, mencoba mendapatkan 5 koin lebih untuk setiap 100 koin yang mereka pinjam dari Fabian. Saat itu, belum ada seorang pun yang menyadari bahwa seluruh masyarakat, sekalipun mengembalikan semua hutang koin mereka, tetap tidak bisa melunasi hutang mereka kepada Fabian, karena kelebihan 5% koin emas yang merupakan kewajiban mereka tidak pernah diedarkan oleh Fabian. Tak seorang pun selain Fabian yang mengetahui bahwa adalah hal yang mustahil bagi masyaratkat ini untuk bisa melunasi hutang mereka bila ditambahkan dengan bunga, uang yang tidak pernah dia edarkan.    Memang benar Fabian sendiri juga membuat koin untuk dirinya sendiri dan koin ini akan beredar di masyarakat, namun tidak mungkin dia sanggup mengkonsumsi 5% dari semua barang di masyarakat.   Di dalam toko emasnya, Fabian memiliki sebuah ruang penyimpanan yang sangat kuat, dan sebagian masyarakat merasa lebih aman kalau menitipkan koin emas mereka kepada Fabian untuk disimpan. Fabian akan menagih sejumlah uang tertentu sebagai jasa penyimpanan untuk orang-orang tersebut. Sebagai bukti atas deposit emas mereka, Fabian memberikan mereka selembar kertas kwitansi.

Orang-orang yang membawa kwitansi dari Fabian ini bisa menggunakan kertas ini untuk membeli barang sama halnya seperti menggunakan koin emas. Dan lama-kelamaan kertas-kertas ini beredar di masyarakat sebagai uang sama seperti koin emas.   Tak lama kemudian, Fabian menemukan bahwa kebanyakan orang tidak akan menukarkan kembali kwitansi deposit mereka dengan koin emasnya.   Dia pun berpikir, "Saya memiliki semua emas di sini dan saya masih juga bekerja sebagai tukang emas. Ini benar-benar tak masuk akal. Ada ribuan orang di luar sana yang akan membayarkan bunga kepada saya atas koin-koin emas yang mereka titipkan kembali kepada saya yang bahkan tidak mereka tukarkan kembali."   Memang benar, emas-emas mereka bukan milikku, tetapi emas-emas itu ada di dalam gudangku, dan itulah yang penting. Saya tidak perlu membuat koin sama sekali, saya bisa menggunakan koin-koin yang dititipkan kepadaku.   Mulanya Fabian sangat hati-hati, dia hanya meminjamkan sebagian kecil dari emas yang dititipkan orang kepadanya. Lama-kelamaan, karena terbukti tidak ada masalah, dia pun meminjamkan dalam jumlah yang lebih besar.   Suatu hari, seseorang mengajukan sebuah pinjaman yang nilainya sangat besar. Fabian berkata kepadanya "daripada membawa koin emas dalam jumlah sebesar itu, bagaimana kalau saya menulis beberapa lembar kwitansi emas kepadamu sebagai bukti depositmu kepadaku." Orang itu pun setuju. Dia mendapatkan hutang yang dia inginkan tetapi emasnya tetap di gudang Fabian! Setelah orang itu pergi, Fabian pun tersenyum, dia bisa meminjamkan emas kepada orang sambil mempertahankan emas di gudangnya sendiri.   Baik teman, orang tak dikenal, maupun musuh, membutuhkan uang untuk melanjutkan perdagangan mereka. Selama orang-orang bisa memberikan jaminan, mereka bisa meminjam sebanyak yang mereka butuhkan. Dengan hanya menuliskan kwitansi, Fabian bisa meminjamkan emas-emasnya senilai beberapa kali lipat dari yang sebenarnya dia miliki. Segalanya akan baik-baik saja selama orang-orang tidak menukarkan kwitansi deposit emas mereka kepada Fabian.   Fabian memiliki sebuah buku yang menunjukkan debit dan kredit dari setiap orang. Bisnis simpan-pinjam ini benar-benar sangat menguntungkan baginya.     Status sosial Fabian di masyarakat meningkat secepat kekayaannya. Dia mulai menjadi orang penting, dia harus dihormati. Di dunia finansial, kata-katanya adalah ibarat sabda suci.   Tukang emas dari kota lain mulai penasaran tentang rahasia Fabian dan suatu hari mereka pun mengunjunginya. Fabian memberitahu apa yang dia lakukan, dan menekankan kepada mereka pentingnya kerahasiaan dari sistem ini.     Seandainya skema ini terekspos, bisnis mereka pasti akan ditutup, jadi mereka sepakat untuk menjaga kerahasiaan bisnis ini.

Masing-masing tukang emas ini kembali ke kota mereka dan menjalankan operasi seperti yang diajarkan oleh Fabian. Orang-orang menerima kwitansi emas sama seperti emas itu sendiri, dan banyak emas yang masyarakat pinjam yang akan dititipkan kembali kepada Fabian. Ketika seorang pedagang ingin membayar kepada pedagang lainnya, mereka bisa menuliskan sebuah instruksi kepada Fabian untuk memindahkan uang dari rekening mereka kepada rekening lainnya, yang akan dilakukan oleh Fabian dengan mudah dalam beberapa menit. Sistem ini menjadi sangat populer, dan kertas instruksi ini pun mulai dikenal dengan sebutan "cek."

Pada suatu malam, para tukang emas dari berbagai kota ini mengadakan sebuah pertemuan rahasia dan Fabian mengajukan sebuah rencana baru. Besok harinya mereka rapat dengan pemerintah dan Fabian berkata, "Kertas kwitansi kami telah menjadi sangat populer. Tak perlu diragukan, Anda para wakil rakyat juga menggunakan mereka dan manfaatnya jelas-jelas sangat memuaskan. Namun, sebagian kwitansi ini telah dipalsukan oleh orang-orang. Hal ini harus dihentikan!"   Para anggota pemerintah pun mulai khawatir. "Apa yang bisa kami lakukan? Tanya mereka. Jawaban Fabian "Pertama-tama, adalah tugas dari pemerintah untuk mencetak uang kertas dengan desain dan tinta yang unik, dan masing-masing uang kertas ini harus ditandatangani oleh Gubernur. Kami para tukang emas akan dengan senang hati membayar biaya cetak ini, ini juga akan menghemat banyak waktu kami untuk menulis kwitansi." Para anggota pemerintah berpikir "Ya, memang kewajiban kami untuk melindungi masyarakat dari pemalsuan uang dan nasehat dari Fabian ini kedengarannya memang masuk akal." Dan mereka pun setuju untuk mencetak uang kertas ini.   "Yang kedua", kata Fabian, "sebagian orang juga pergi menambang emas dan membuat koin emas mereka sendiri. Saya menyarankan agar dibuat sebuah hukum agar setiap orang yang menemukan emas harus menyerahkannya. Tentu saja, mereka akan mendapat ganti rugi koin yang saya buat dan uang kertas baru."   Ide ini pun mulai dijalankan. Pemerintah mencetak uang kertas baru dengan pecahan $1, $2, $5, $10, dan lainnya. Biaya cetak yang rendah ini dibayarkan oleh parang tukang emas. Uang kertas ini jauh lebih gampang untuk dibawa dan dalam waktu singkat diterima oleh masyarakat. Namun, di luar faktor kenyamanan, ternyata uang kertas dan koin emas yang beredar hanyalah 10% dari nilai transakti masyarakat. Kenyataan perdagangan menunjukkan bahwa 90% nilai transakti dilakukan dengan cara pindah buku (cek).

Rencana berikut Fabian mulai berjalan. Sampai saat itu, orang-orang membayar Fabian untuk menitipkan koin emas (uang) mereka. Untuk menarik lebih banyak uang ke gudangnya, Fabian akan membayar para depositor 3% bunga atas emas titipan mereka.     Kebanyakan orang mengira Fabian meminjamkan kembali uang yang dititipkan kepadanya. Karena dia meminjamkan kepada orang lain dengan bunga 5%, dan dia membayar para deposan 3%, maka keuntungan Fabian adalah 2%. Orang-orang pun berpikir jauh lebih baik mendapatkan 3% daripada membayar Fabian untuk menjaga emas (uang) mereka, dan mereka pun tertarik. Volume tabungan meningkat dengan cepat di gudang Fabian. Dia bisa meminjamkan uang kertas $200, $300, $400, bahkan sampai sampai $900 untuk setiap $100 yang dia dapatkan dari deposan. Dia harus berhati-hati dengan ratio 9:1 ini, sebab menurut pengalamannya, memang ada 1 dari setiap 9 orang yang akan menarik emas mereka. Bila tidak ada cukup uang saat diperlukan, masyarakat akan curiga.   Dengan demikian, untuk $900 dolar pinjaman yang diberikan Fabian, dengan bunga 5% dia akan mendapatkan kembali $45. Ketika pinjaman + bunga ini dilunasi, Fabian akan membatalkan $900 di kolom debit pembukuannya dan sisa $45 ini adalah miliknya. Dia dengan senang hati akan membayar bunga $3 untuk setiap $100 yang dititipkan deposan kepadanya. Artinya, keuntungan riil dari Fabian adalah $42! Bukan $2 yang dibayangkan kebanyakan orang.

Para tukang emas di kota-kota lain melakukan hal yang sama. Mereka menciptkaan kredit (pinjaman) tanpa modal (emas) dan menagih bunga atas pinjaman mereka. Para tukang emas ini tidak lagi membuat koin emas, pemerintahlah yang mencetak uang kertas dan koin dan memberikannya kepada para tukang emas ini untuk didistribusikan. Satu-satunya biaya Fabian adalah ongkos cetak uang yang sangat murah. Di samping itu, dia juga menciptakan kredit tanpa modal dan menagih bunga atas pinjaman barunya ini. Kebanyakan orang mengira suplai uang adalah operasi dari pemerintah. Mereka juga percaya bahwa Fabian meminjamkan uang dari para deposan kepada peminjam baru, tetapi rasanya agak heran mengapa orang lain bisa mendapatkan uang padahal uang para deposan masih tetap tak berkurang. Seandainya semua orang mencoba mengambil uang mereka pada saat yang bersamaan, skema penipuan ini akan terekspos. Tak masalah bila sebuah pinjaman diajukan dalam bentuk uang kertas atau koin. Fabian tinggal mengatakan kepada pemerintah bahwa penduduk bertambah dan produksi baru memerlukan uang baru, yang akan dia dapatkan dengan biaya cetak yang sangat kecil.

Suatu hari seseorang pergi menemui Fabian. "Bunga yang Anda tagih ini salah," katanya. "Untuk setiap $100 yang Anda pinjamkan, Anda meminta $105 sebagai kembalinya. $5 extra ini tidak mungkin bisa dibayarkan karena mereka bahkan tidak eksis. "Petani memproduksi makanan, industri memproduksi barang, tetapi hanya Andalah yang memproduksi uang. Katakanlah hanya ada dua pedagang di negara ini, dan semua orang bekerja untuk salah satunya. Mereka masing-masing meminjam $100. Setahun kemudian, mereka harus mengembalikan masing-masing $105 kepada Anda (total $210). Bila salah satu orang berhasil menjual habis dagangannya dan mendapatkan $105, orang yang tersisa hanya akan memiliki $95, dia masih berhutang $10 kepadamu, dan tidak ada uang yang beredar untuk melunasi $10 ini kecuali dia mengajukan pinjaman baru kepadamu. Sistem ini bermasalah!" "Untuk setiap $100 yang kamu pinjamkan, kamu seharusnya mengedarkan $100 kepada sang peminjam dan $5 untuk kamu belanjakan, jadi total uang yang beredar memungkinan si peminjam untuk membayar"   Fabian mendengarkan dengan tenang dan menjawab, "Dunia finansial adalah subjek yang rumit, anak muda, butuh waktu bertahun-tahun untuk memahaminya. Biarkan saya saja yang memikirkan masalah ini, dan kamu mengurus urusanmu saja. Kamu harus belajar untuk menjadi lebih efisien, meningkatkan produksimu, memotong ongkos pabrikmu dan menjadi pengusaha yang lebih cerdas. Saya siap membantu untuk urusan itu."   Orang ini pun pergi meninggalkan Fabian, tetapi hatinya masih juga bimbang. Sepertinya ada yang tidak beres dengan sistem kerja Fabian, dan pertanyaan yang dia ajukan masih belum dijawab. Orang-orang menghormati Fabian dan kata-katanya. Dia adalah pakar, orang yang tidak setuju dengannya pastilah orang bodoh. Lihatlah betapa negara ini bertambah maju, produksi kita juga terus bertumbuh, kehidupan kita sudah jauh lebih baik.   Untuk menutup bunga dari uang yang mereka pinjam, para pedagang dan pengusaha meninggikan harga dagangan mereka. Karyawan senantiasa memprotes mereka dibayar terlalu rendah dan pemilik perusahaan senantiasa menolak membayar lebih. Petani tidak bisa mendapatkan harga jual yang adil dari produk pertanian mereka. Para Ibu rumah tangga terus merasa tidak puas karena harga barang di pasar dinilai terlalu tinggi.

Pada suatu ketika, orang-orang akhirnya mulai berdemonstrasi, hal yang belum pernah terjadi sebelumnya. Sebagian orang tidak sanggup melunasi hutang mereka dan menjadi miskin. Teman dan saudara mereka pun tidak sanggup untuk menolong. Mereka lupa kekayaan yang sebenarnya masih berlimpah di sekeliling mereka : tanah yang subur, hutan yang kaya, mineral yang berlimpah dan juga ternak-ternak yang sehat. Yang mereka pikirkan sepanjang hari adalah uang yang rasanya selalu kurang. Mereka tidak pernah bertanya tentang sistem. Mereka percaya pemerintahlah yang sedang menjalankan sistem ini. Sebagian kecil orang di masyarakat yang kelebihan uang mulai membentuk perusahaan mereka sendiri untuk meminjamkan uang mereka. Mereka menagih bunga 6% atas uang mereka, lebih baik dari 3% yang ditawarkan oleh Fabian. Namun orang-orang ini meminjamkan uang mereka sendiri, tidak seperti Fabian yang bisa meminjamkan uang / menciptakan kredit tanpa modal.

Perusahaan-perusahaan pembiayaan ini tetap membuat khawatir Fabian dan kawan-kawannya, jadi mereka pun membentuk perusahaan pembiayaan mereka sendiri. Dalam kebanyakan kasus, mereka membeli perusahaan-perusahaan pembiayaan saingan mereka tersebut. Pada akhirnya, semua perusahaan pembiayaan dimiliki ataupun dalam kendali mereka. Situasi ekonomi terus memburuk. Para pegawai mulai yakin bos mereka mendapatkan terlalu banyak keuntungan. Pemilik perusahaan pun menilai pegawainya terlalu malas dan tidak cukup bekerja keras. Semua orang mulai menyalahkan orang lain. Pemerintah bingung bagaimana menyelesaikan masalah ini. Masalah paling mendesak tentunya adalah bagaimana menolong orang yang paling miskin. Pemerintah pun memulai sebuah program sosial dan memaksa anggota masyarakat untuk membayar sistem ini. Hal ini membuat marah sebagian orang, mereka percaya kepada gagasan lama bahwa membantu orang seharusnya adalah usaha suka rela, bukan paksaan. "Peraturan ini adalah perampokan yang dilegalkan. Mengambil sesuatu dari seseorang, dengan menentang keinginan dari orang yang bersangkutan, apapun tujuannya, tidaklah berbeda dengan mencuri darinya." Namun orang-orang tak berdaya karena bila tidak membayar mereka akan dimasukkan ke dalam penjara. Program sosial ini selama beberapa waktu memang membantu keadaan, tetapi tak lama kemudian masalah kemiskinan muncul kembali dan uang yang diperlukan untuk menjalankan sistem ini pun terus bertambah. Ongkos sosial terus meningkat, demikian juga dengan skala pemerintahan. Kebanyakan wakil rakyat adalah orang-orang yang tulus melakukan pekerjaan mereka dengan benar. Mereka pun tidak menyukai gagasan terus-menerus meminta uang dari masyarakat. Akhirnya, mereka mencari pinjaman dari Fabian dan kawan-kawannya. Mereka bahkan tidak mengetahui bagaimana mereka bisa membayar. Orang tua mulai tidak sanggup membayar biaya sekolah anak-anaknya. Sebagian orang tidak sanggup membayar biaya dokter dan obat-obatan. Operator transportasi pun mulai gulung tikar. Satu demi satu usaha diambil alih pemerintah. Guru, dokter, dan banyak pekerjaan lainnya mulai menjadi tanggung jawab pemerintah. Tidak banyak orang yang mendapatkan kepuasan di pekerjaannya. Mereka dibayar gaji yang wajar, tetapi kehilangan jati diri. Mereka menjadi budak dari sebuah sistem. Tidak banyak ruang untuk inisiatif, sedikit penghargaan atas usaha pribadi, pendapatan mereka relatif tetap dan naik pangkat terjadi hanya kalau atasan mereka pensiun ataupun mati.

Di tengah keputusasaan, pemerintah akhirnya meminta nasehat dari Fabian. Mereka menganggapnya sebagai orang bijak dan selalu memiliki solusi atas permasalahan uang. Fabian mendengar keluhan dari pemerintah dan akhirnya menjawab, "Banyak orang yang tidak bisa menyelesaikan persoalan mereka, mereka membutuhkan orang lain untuk melakukannya. Tentu Anda setuju bahwa semua orang berhak atas kebahagiaan dan berhak atas semua kebutuhan pokok mereka bukan? Satu-satunya cara untuk menyeimbangkan situasi adalah mengambil dari yang kaya dan memberikan kepada yang miskin. Kenalkan sebuah sistem baru yaitu pajak. Semakin banyak kekayaan seseorang, semakin banyak dia harus membayar pajak. Sekolah dan rumah sakit seharusnya gratis bagi mereka yang tidak sanggup membayar…"   Selesai memberikan nasehat, Fabian pun tidak lupa mengingatkan pemerintah, "Hm, jangan lupa Anda masih berhutang kepada saya. Tetapi baiklah, saya akan membantu Anda. Sekarang Anda hanya perlu membayar bunga kepada saya, Anda bisa menunda pembayaran hutang pokok kepada saya."   Pemerintah mempercayai Fabian, dan mereka pun segera memperkenalkan pajak penghasilan, semakin banyak yang Anda dapatkan, semakin tinggi pajak yang Anda bayarkan. Tak seorang pun anggota masyarakat yang setuju. Namun, sama seperti sebelumnya, mereka harus membayar atau masuk penjara. Pedagang lagi-lagi harus menaikkan harga jual barangnya. Para pegawai kembali menuntut kenaikan gaji, bisnis-bisnis mulai gulung tikar, ataupun mulai mengganti tenaga manusia dengan mesin. Siklus ini berulang-ulang dan memaksa pemerintah memperkenalkan berbagai skema-skema sosial lainnya. Pengaturan tarif dan perlindungan mulai diterapkan untuk menyelamatkan industri-industri tertentu dari kebangkrutan dan menyediakan lapangan kerja. Sebagian orang mulai bertanya-tanya apakah tujuan dari kegiatan produksi ekonomi adalah untuk memproduksi barang atau hanya untuk menyediakan lapangan kerja.

Seiring memburuknya keadaan, orang-orang mulai mengendalikan upah pegawai, kontrol biaya, dan segala macam kontrol-kontrol lainnya. Pemerintah pun berupaya mendapatkan lebih banyak uang lewat pajak penjualan, pajak penghasilan, dan pajak-pajak yang lain. Sebagian orang mulai memperhatikan bahwa sejak petani menanam padi sampai beras sampai ke tangan Ibu rumah tangga, ada lebih dari 50 jenis pajak yang sudah dibayarkan. "Pakar" mulai muncul dan sebagian mulai terpilih untuk bekerja di pemerintahan, namun tahun demi tahun berlalu dan mereka tidak berhasil menyelesaikan permasalahan apapun, kecuali bahwa pajak perlu "disesuaikan" yang mana dalam kebanyakan kasus artinya harus dinaikkan. Fabian mulai menuntut pembayaran atas bunga pinjamannya, dan semakin lama semakin banyak porsi pajak yang digunakan untuk membayar kepadanya. Kemudian mulai muncul apa yang disebut dengan partai politik, orang-orang di masyarakat mulai berargumentasi partai mana yang orang-orangnya bisa menyelesaikan permasalahan mereka. Mereka mulai bertengkar mengenai personalitas, idealisme, lambang partai dan berbagai hal lainnya kecuali asal muasal permasalahan mereka.

Di kota tertentu, bunga pinjaman yang harus dibayar sudah melebihi total penerimaan pajak tahunan yang bisa dikumpulkan. Bunga-bunga baru pun mulai diperhitungkan atas bunga yang belum dibayarkan. Secara perlahan-lahan kekayaan riil dari negara mulai berpindah tangan ke Fabian dan kawan-kawannya dan mereka memiliki kendali yang semakin lama semakin besar atas kehidupan masyarakat. Namun, pengendalian mereka belum selesai. Mereka menyadari bahwa situasi tidak akan benar-benar aman sebelum semua orang berhasil dikendalikan.   Kebanyakan orang yang menentang sistem ini bisa dibuat diam dengan tekanan finansial, ataupun dengan ejekan publik. Untuk melakukan ini Fabian dan kawan-kawan membeli kepemilikan dari semua koran, TV, dan radio dan menyeleksi orang-orang apa yang boleh bekerja di dalamnya. Kebanyakan dari orang-orang ini sebenarnya benar-benar ingin memperbaiki keadaan, tetapi mereka tidak menyadari bagaimana mereka sedang diperalat. Solusi mereka selalu terarah kepada akibat dari masalah, bukan penyebab dari masalah.

Ada bermacam-macam surat kabar, satu untuk sayap kanan, satu untuk sayap kiri, satu untuk kelas pekerja, satu untuk kaum pengusaha, dan seterusnya. Tidak masalah koran yang mana yang Anda percayai, selama Anda tidak memikirkan penyebab awal dari permasalahan.   Rencana Fabian sudah hampir selesai, seluruh negara saat ini berhutang kepadanya. Melalui pendidikan dan media, dia mengendalikan pikiran masyarakat. Orang-orang hanya akan berpikir sejauh yang dia inginkan. Setelah seseorang memiliki jauh lebih banyak uang dari yang sanggup dia gunakan, apa lagi yang akan menyenangkan hatinya? Bagi mereka yang memiliki mentalitas menguasai, jawabannya adalah kekuasaan, kekuasaan mutlak atas kemanusiaan.

Kebanyakan tukang emas akhirnya mengarah ke sana. Mereka mengetahui rasanya kaya raya, dan perasaan itu tidak lagi cukup untuk memuaskan mereka. Mereka membutuhkan tantangan dan kesenangan baru, dan kekuasaan atas massa adalah permainan berikut. Mereka percaya mereka adalah kelompok superior atas lainnya. "Adalah hak dan kewajiban kami untuk mengatur. Masyarakat tidak tahu apa yang baik untuk mereka. Mereka perlu dikendalikan dan diatur. Mengatur adalah takdir dari kami." Di seluruh penjuru negeri, Fabian dan kawan-kawan memiliki banyak perusahaan pembiayaan. Memang, masing-masing perusahaan dimiliki secara pribadi. Secara teori mereka adalah saingan masing-masing. Namun, kenyataan yang sebenarnya adalah mereka semua saling bekerja sama dengan seksama. Setelah berhasil membujuk pemerintah, mereka mendirikan sebuah institusi yang mereka sebut dengan Bank Sentral. Mereka bahkan tidak perlu mengeluarkan modal untuk mendirikannya, mereka menciptakan kredit dengan menggunakan uang deposit masyarakat.   Institusi ini tampak sebagai badan yang meregulasikan suplai uang dan merupakan bagian dari pemerintah. Tetapi anehnya, tidak ada wakil pemerintah yang diizinkan untuk duduk di badan Direktur di dalamnya.   Pemerintah tidak lagi meminjam secara langsung dari Fabian, pemerintah sekarang meminjam dengan cara menerbitkan surat hutang kepada Bank Sentral. Jaminan dari surat hutang ini adalah penerimaan pajak tahun berikut. Ini adalah bagian dari rencana Fabian, menyingkirkan kecurigaan orang kepadanya dengan membuat kesan seolah-olah suplai uang dikendalikan oleh pemerintah. Kenyataannya, di balik layar, dialah yang memegang kendali.   Secara tidak langsung, dialah yang mengendalikan pemerintah. Tidak penting siapa yang terpilih sebagai wakil rakyat di pemerintahan. Fabianlah yang memegang kendali atas uang, darah dan nyawa dari perdagangan sebuah bangsa.   Pemerintah selalu mendapatkan uang yang mereka inginkan, tetapi bunga selalu dikenakan pada setiap pinjaman. Semakin lama semakin banyak orang yang memerlukan bantuan sosial pemerintah, dan tak lama kemudian pemerintah sadar bahwa mereka kesulitan bahkan hanya untuk membayar bunga saja, apalagi hutang pokok.

Sebagian orang mulai bertanya, "Uang adalah sistem yang diciptakan manusia. Bukankah seharusnya sistem ini bisa diubah agar uang menjadi pelayan, bukan sebaliknya?" Namun semakin lama jumlah orang-orang ini semakin sedikit dan suara mereka hilang di tengah sebuah masyarakat yang tidak lagi peduli. Pemerintahan berubah, partai yang berkuasa juga bisa berubah, namun kebijakan utama tidak. Tidak masalah siapa yang menjadi pemerintah, rencana besar Fabian semakin lama semakin mendekati kenyataan dari tahun ke tahun. Kebijakan pemerintah tidak lagi ada artinya. Rakyat mulai dikenai pajak mendekati ambang batas mereka, mereka tidak lagi sanggup membayar. Waktunya sudah hampir matang bagi Fabian untuk aksi finalnya. 10% dari suplai uang masih dalam bentuk uang kertas dan koin. Ini harus dimusnahkan sama sekali tetapi tidak boleh menimbulkan kecurigaan publik. Selama masyarakat masih memiliki uang (kertas maupun koin), mereka bebas untuk membeli dan menjual sesuka hati mereka, mereka masih memiliki sedikit kontrol atas kehidupan mereka. Tidaklah selalu nyaman untuk membawa uang tunai dan koin. Cek juga tidak bisa diterima bila sudah keluar dari sebuah komunitas tertentu. Oleh karena itu, sebuah sistem yang lebih baru perlu dipikirkan. Sekali lagi Fabian memiliki jawabannya. Organisasinya akan menerbitkan sebuah kartu plastik yang memiliki data pemegangnya: nama, foto, dan nomor penduduk.  Saat kartu ini akan digunakan, pedagang akan menyambungkan komputernya untuk mengecek kredit dari kartu tersebut. Seandainya tidak ada masalah, pemegang kartu ini boleh membeli barang seharga limit tertentu. Awalnya orang akan diizinkan untuk berhutang sedikit. Seandainya uang ini dibayarkan dalam sebulan, maka tidak ada bunga yang perlu dibayarkan. Ini tidak masalah untuk kelas pegawai, tetapi bagaimana ini bisa berlaku juga untuk para pedagang dan pengusaha? Mereka harus mempersiapkan mesin-mesin, kemudian menjalankan proses manufaktur dari barang yang akan mereka produksi, membayar gaji pegawai, menjual barang dagangannya dan membayar kembali hutang mereka. Bila melewati satu bulan, mereka akan dikenai bunga 1.5% per bulan dari nilai hutang mereka. Total 18% setahun.   Pengusaha tidak memiliki jalan lain selain menambahkan 18% ke dalam nilai jual dagangan mereka. Namun kelebihan uang / kredit (18%) ini tidak pernah dipinjamkan kepada siapapun. Di seluruh negeri, para pengusaha disuruh menjalani misi mustahil untuk membayar kembali $118 untuk setiap $100 yang mereka pinjam, tetapi kelebihan $18 ini tidak pernah diedarkan oleh Bank sejak awal.

Namun Fabian dan kawan-kawan menikmati status yang semakin penting di masyarakat. Mereka menjadi orang-orang penting yang terhormat. Pengumuman dan pendapat mereka tentang finansial dan ekonomi bahkan bisa disetarakan dengan sabda suci spiritual.   Di bawah beban bunga yang terus bertambah, banyak perusahaan kecil menengah yang mulai bangkrut. Lisensi-lisensi khusus diperlukan untuk menjalankan operasi-operasi tertentu, jadi perusahaan-perusahaan yang tersisa memiliki semakin banyak hambatan dalam berusaha. Fabian memiliki dan mengendalikan semua perusahaan besar beserta ratusan anak perusahaan mereka. Perusahaan-perusahaan itu tampak seperti saingan satu sama lain, tetapi dialah yang ada di balik semua perusahaan itu. Para kompetitor perlahan-lahan dipaksa gulung tikar. Tukang kayu, konstruksi, listrik dan industri-industri kecil menengah menjalani takdir yang sama, dibeli oleh perusahaan raksasa milik Fabian yang memiliki proteksi dan perlakuan khusus dari pemerintah.

Fabian menginkan kartu plastik ini untuk menggantikan semua uang kertas dan koin. Rencananya adalah saat semua uang kertas dan koin ditarik, hanya bisnis yang menggunakan kartu komputerlah yang akan beroperasi.   Dia mengetahui bahwa suatu ketika orang-orang akan kehilangan kartu mereka dan tidak bisa membeli ataupun menjual sebelum identitas mereka bisa dibuktikan. Dia ingin agar dibuatkan sebuah hukum : sebuah hukum yang mengharuskan semua orang untuk memiliki sebuah nomor identifikasi yang ditato di dalam tangan mereka. Nomor ini cuma akan terlihat dengan sinar tertentu, yang dihubungkan dengan komputer. Setiap komputer akan dihubungkan dengan sebuah komputer pusat yang memungkinan Fabian mengetahui segala transaksi mengenai semua orang…  

* * *
Terminologi yang digunakan saat ini untuk melukiskan sistem finansial di atas adalah "Fractional Reserve Banking." (Cadangan Terbatas Perbankan).   Cerita yang Anda baca di atas, tentu saja, adalah fiksi. Namun, bila Anda merasa terganggu karena cerita ini sangat mirip dengan kenyataan hidup kita, dan Anda ingin mengetahui siapa Fabian ini sebenarnya dalam kehidupan nyata, titik mulai yang baik untuk Anda pelajari adalah para tukang emas di Inggris pada abad 16 dan 17 Masehi. Sebagai contoh, Bank of England didirikan pada tahun 1694. Raja William saat itu berada dalam kesulitan finansial yang besar karena perang melawan Perancis. Para tukang emas kemudian "meminjamkan" 1,2 juta pound (nilai yang amat besar pada zaman itu) dengan syarat tertentu. Bunga yang dikenakan adalah 8%. Jangan lupa bahwa di Magna Carta sebenarnya dikatakan bahwa mengenakan dan mengumpulkan bunga (riba) atas pinjaman akan dikenakan hukuman mati. Raja William dipaksa memberikan izin kartel resmi kepada para tukang emas, sebuah hak untuk menciptakan kredit. Sebelum itu, operasi untuk menerbitkan lebih banyak kwitansi emas daripada emas yang sebenarnya dimiliki adalah tindakan ilegal. Namun sejak izin kartel itu keluar, tindakan itu menjadi legal. Di tahun 1694, W.Petterson mendapatkan hak kartel atas Bank of England.  

Selasa, 05 Februari 2013

Anekdot dari Niels Bohr

Siapa yang ga tau Niels Bohr? Fisikawan yang telah menggambarkan ke kita bahwa atom tersusun dari inti atom (nukleus) yang dikelilingi oleh orbit elektron. Bohr menerapkan konsep mekanika kuantum untuk model atom yang telah dikembangkan oleh Ernest Rutherford tersebut. Namun, aku ga akan membahas teori fisikanya, melainkan bercerita hal lain dari si Bohr.
Fisikawan kelahiran Denmark, 7 Oktober 1855 itu pernah mengeluarkan anekdot yang keren menurut saya  (kalo ga keren jg gapapa sih). Oleh sebab itu, aku akan menceritakan anekdot tersebut. Semoga bermanfaat, bila tidak, maka manfaatkanlah. Jadi, begini kurang-lebih ankedotnya:

Suatu hari seorang anak perempuan (sebut saja Bunga), disuruh oleh ibunya.
Sang ibu berkata: "Bunga! Matikan televisinya!"
Bungapun menjawab: "Iya, bu" bergegas dia melaksanakan perintah ibu
Berteriak lagi ibunya: "Bunga! Cuci bajunya!"
"Baik, ibu" Sahut Bunga
"Beli sayuran sana kepasar!" Ibu memerintah beberapa waktu kemudian
"Siap ibu!" Bunga menyaut dan menjalankan perintah ibu

"Bunga!"
"Apa bu"
"Jangan jadi anak penurut!"
"Iya, baik bu"

Selasa, 29 Januari 2013

Ulama dan Singa

Suatu hari terdapat seorang ulama yang tengah tersesat di hutan.
Hutan itu begitu gelap, saking gelapnya tak ada satupun celah bagi cahaya untuk dapat menembus ke dalam hutan.
Di sekeliling hutan hanya terlihat pohon-pohon rindang dan suara-suara hewan liar.

Di dalam hutan, sang ulama berjalan sambil memendam rasa takut.
Ia mencoba mencari cahaya matahari guna mendapati arah jalan keluar.
Sial tak dapat dicegah, sang ulama bertemu seekor singa di tengah hutan.
Sang singa melihatnya dan berlari kencang ke arahnya.
Sang ulamapun panik dan berlari.
Terjadilah adegan kejar-kejaran antara ulama dan singa.

Begitulah kerennya manusia, kalo terdesak ia mampu melakukan sesuatu yang sebelumnya dianggap itu tidak dapat dilakukan.
Buktinya, sang ulama mampu berlari kencang dan mendapati cahaya matahari.
Dan akhirnya ia mampu keluar dari hutan.
Sesaat ia keluar dari hutan ternyata ia menuju jurang.
Sontak sang ulama pun berhenti berlari, begitupun sang singa.

Sang ulama menghadap ke belakang dan memohon kepada singa agar tidak memakannya.
Sang singa yang lapar sudah memandangnya dengan perut yang berbunyi "kriuk..kriuk" tanda lapar.
Lalu sang ulama menutup mata, berdoa kepada Allah meminta agar si singa tidak memakannya.
Lalu apa yang dilakukan singa saat sang ulama tersebut membuka mata sehabis berdoa?
Sang singa juga sedang berdoa, doa untuk makan.

Cogito ala Derrida

Saya ga percaya dengan anjuran dokter syaraf. Katanya, selama sakit pendarahan otak kecil, saya harus istirahat berpikir. Sedikit tambahan tulisan untuk buku catatanku

Konsepsi tentang subjek ('aku') dalam sejarah filsafat modern sejak Rene Descartes (cogito ergo sum) bahwa subjek itu lengkap-bulat, ditolak derrida. Bagi Derrida konsepsi ala cogito ergo sum (aku berpikir maka aku ada) mengandaikan aku yang lepas dari relasi dengan unsur-unsur yang kendati mempengaruhinya. Bagi Derrida, aku cogito tak memiliki esensi metafisik, sempurna atau cukup bagi dirinya sendiri karenabia tumbuh oleh relasi bahasa Aku bagai modus semiosis Derrida muncul tak lengkap, nampak terpengaruh oleh psikoanalisis Jacques Lacan, aku dibentuk oleh teks-diskursus.

Terpengaruh konsepsi inter-subjektivitas oleh fenomenologi, Derrida menggantikannya dengan "intertekstual" yang mengandaikan terkuburnya subjek. Jelas karena 'aku' bentukan bahasa, bagi Derrida tak mungkin ada yg namanya individualisme, subjektivisme, humanisme, dll. Makanya, coba aja kalo Derrida main twitter dia pasti takjub dengan permainan bahasa twitter yg masing-masing akun punya ketrampilan khusus, itulah parole. Tapi Derrida tak menarik bahasa pada sisi struktur-lingguistik, bahasa baginya adalah diskursus, percakapan sebagai parole, wilayah pluralitas makna. Nah, kalo kita ketemu ada akun lain yg membetulkan/merevisi bahasa akun kita, optimisnya bagi Derrida pasti akun itu mau show off  kekuasaannya. Tapi ketika ada power yg menyatukan semua akun harus menggunakan makna tunggal bahasa maka terciptalah langue, struktur, twitter berantakan.

Bersama pemikir post struktural; Foucault, Barthes, Lyotard, Baudrillard, Deleuze, yang tak yakin pada subjek cogito, mereka sabdakan manusia sudah mati. Karena 'aku' adalah bentukan teks dan teks itu adalah intensitas (menunjuk ke  luar diri) maka jelas realitas sosial adalah sebuah 'jaringan tekstual'. Pada dimensi filsafat sebagai tindakan, pemikiran Derrida bersentuhan dengan filsafat bahasa Wittgenstein-2 dan filsafat performans John l Austin. Derrida dengan modus bahasa intertekstualnya membawa filsafat dari karakter refleksif/meditatif ke "modus tindakan". Bagi Derrida filsafat bukan bertugas mendefinisikan kebenaran dalam makna linguistik-logosentrisme, tapi menunjuk rangkaian tak ajeg. Derrida menarik filsafat dari angkasa ke sudut-sudut/marjin kasuistik, tiap kasus tak lepas dari kasus lainnya sebagai relasi semiosis. Dari konsepsi realitas semiosis inilah Derrida menolak hermenetika tentang subjek cogito yg menohok ke balik teks untuk temukan makna abadi. Tiap kasus atau pendefinisian bagi Derrida tidak hadir sebagai subjek penuh tapi bak perca yg lalu kita coba tempel dengan makna-makna yang mudah rapuh. Bagi Derrida menginterpretasi teks tidak untuk menemukan makna di balik teks itu, tapi bagaimana menangkapnya sebagai tanda-tanda untuk ciptakan makna baru.

Apakah Derrida anti atas hermenetika pencerahan yang demikian optimis dengan kekuatan subjek untuk temukan makna-kebenaran? Jawabannya ya, Derrida menolak optimisme hermenetika subjek dari Descartes sampe Husserl bahwa realitas seperti diadili di depan pikiran. Tiap teks adalah bentukan proses semiosis, rangkaian penanda yg infinit. Bagaimana mungkin kita mendekatinya dengan asumsi ada makna abadi di baliknya? Sejarah intepretasi merupakan pergumulan penanda yang hanya mampir sebentar di setiap halte - adakah terminal terakhir? Setiap interpretasi bagi Derrida adalah parole, karya yang tak bulat tp dengan begitulah dia justru kaya makna, yang bisa kita sebut sebagai 'kebudayaan'. Lalu di sinilah program dekonstruksi Derrida, berpikir adalah bertindak dgn mencipta makna baru atas ketidakhadiran penuh makna itu sendiri.

Tayangan halaman minggu lalu

Diberdayakan oleh Blogger.

Mengenai Saya

Foto saya
Kunang-kunang, dulu aku kecil, kau-pun juga. Sekarang aku besar, tapi kau masih tetap saja kecil. Andai ada kunang-kunang sebesar diriku, maka akan teranglah dunia.

Pengikut