Selasa, 19 Februari 2013

Movie? Or Film?

Ada beberapa film anyar yang direkomendasikan banget untuk ditonton. Film yang dimaksud ini film yang mengangkat persoalan eksistensial, tema keseharian manusia. Filmnya, yaitu: A Late Quartet, The Letter Writer, The Play Room, The Sessions. Film-film eksistensial itu entah bisa kita tonton di bioskop 21 atau tidak, karena film-film yang menyuburkan akal sehat biasanya tidak laku di bioskop-bioskop itu.

Bioskop 21 memang hanya memutar film-film industri yang Box Office (beberapa saja yang oke), kita tak punya bioskop yang memutar film-fim kritis. Ada pendapat (mungkin ini mitos) kenapa hollywood cenderung menggunakan kata 'movie' dan eropa menggunakan kata 'film'? Beberapa literatur sejarah dan kritik film memang mempersoalkan perbedaan istilah 'movie' dan 'film', movie lebih ke komersil, sedangkan film condong ke kritis. Perfilman eropa memakai istilah 'film' dengan alasan ini lahir dari teknologi-saintifik optik, 'movie' untuk gambar-gerak komersil. Jadi bayangkan bagaimana gaya kita menonton film dikendalikan oleh bioskop 21 melulu dgn film hollywood. Proses ini dinamakan hegemonik-kultural. Sehari-hari penonton film indonesia menonton film di bioskop 21 dengan film-film hollywood, seolah-olah film itu cuma yang komersial gitu.

Saranku jika perfilman indonesia mau maju, maka bisa belajar pada iran yang dengan tegas menolak meniru film-film hollywood.  Iran berangkat dari kegelapan perfilmannya yang sempat menjadi pengikut film-film hollywood semasa rezim Pahlevi.

0 komentar:

Posting Komentar

Tayangan halaman minggu lalu

Diberdayakan oleh Blogger.

Mengenai Saya

Foto saya
Kunang-kunang, dulu aku kecil, kau-pun juga. Sekarang aku besar, tapi kau masih tetap saja kecil. Andai ada kunang-kunang sebesar diriku, maka akan teranglah dunia.

Pengikut