Minggu, 06 Mei 2018

Memaksimalkan Berpikir Rasional



“There’s one way to be rational, there are many ways to become irrational”
(Eko Surya Winata)
*diterjemahkan dari bahasa Sunda



Ada banyak jalan untuk menjadi irrasional, misal pada saat bingung, tidak dapat menentukan sikap, Myiopia, Vindictive, Emosi, saat itu lah biasanya banyak keputusan salah diambil. Oleh sebab itu, irrasionalitas bukan lah pilihan.

Ada satu hal yang menarik terkait rasionalitas kita. Ternyata rasionalitas kita dapat diinjeksi, yaitu itu memaksimalkan cara kerja rasionalitas di saat kita tidak mampu berpikir rasional. Gimana caranya? Mau tahu?

Caranya adalah dengan menginjeksi rasionalitas melalu penggunaan cara pandang orang lain dalam melihat suatu kejadian yang kita alami, atau dengan kata lain berpikir dari sudut pandang “the outsider”.

Jadi begini, saat anda berpikir tentang hidup anda, maka yang terjadi adalah anda akan terjebak dalam sudut pandang/perspektif anda sendiri, terjebak dalam emosi anda, perasaan anda, dst (so on).

Namun, bayangkan jika anda berada di posisi orang yang sedang memberikan pendapatnya untuk orang lain (the outsider),
Anda berperan sebagai sudut pandang/ perspektif yang tidak terjebak dalam “Emotional Complexity”. Artinya, anda dapat memberi pandangan yang lebih jauh ke depan tanpa terlibat dalam emosi secara spesifik.

 Practically
“ So one idea is to basically asked people for advice”
Misalnya, ketika anda sedang jatuh cinta, minta lah pendapat orang lain, biasanya jawaban paling bijak ada dari ibumu.

Kamu : “Ma, apa pendapatmu apakah aku dan dia cocok, apakah compatible long-term?” (Pada saat itu anda pasti sedang benar-benar kasmaran.........yes, you’re infatuated!)
*infatuated is a condition when you are becoming extremely interesting about someone/ something for a short time


Ibu : Hey gurl, come on, when u are infatuated u’re not able to see things three months down the road.

Kamu : Ma, ini bukan kasmaran. Okey kalo ini kasmaran, ini kasmaran selamanya dan ga akan pernah hilang.........jangan sok Inggris deh mah, This is Infatuated forever u know, never go away!

Dalam kasus ini, ibu anda adalah “the outsider” dan tidak sedang dalam kasmaran (being infatuated), dan bisa jadi dia sedang mempertimbangkan hal lainnya seperti Long Term Compability, dsb.
Cara lain yang bisa dilakukan adalah dengan tidak menjadi penasihat bagi orang lain melainkan menjadi penasihat bagi diri anda sendiri (to be advisors for ourselves).
Misalnya,
Suatu ketika teman anda mendapat diagnosa dari dokter dan harus pergi dokter kembali untuk mengobati sakit. Anda tahu biayanya mahal, ternyata anda punya opsi lain dengan biaya jauh lebih murah. Tentu anda akan menyarankan opsi lain tersebut pada teman anda. Namun tak disangka, teman anda menolak “hey ga dong ini udah rekomendasi dokter harus dengan cara ini, jangan coba-coba pakai cara lain dong”.
Kemudian anda ceritakan ke perkumpulan teman anda seolah hal tersebut terjadi pada diri anda. Bagaimana pendapat mereka. “Hey kenapa kamu ga pergi ke opsi yang lebih murah....”

Kesimpulannya adalah bagaimana cara agar anda dapat mendapatkan pendapat dari perspektif “The Outsider” dan melatih agar diri dapat melihat keadaan dari perspektif luar (Outside perspective).

Fin
Esw


*Notes: Kata “Anda” sebenarnya semula adalah “Kamu”, ku ganti biar macam Motivator.

Padahal saya Desperator

0 komentar:

Posting Komentar

Tayangan halaman minggu lalu

Diberdayakan oleh Blogger.

Mengenai Saya

Foto saya
Kunang-kunang, dulu aku kecil, kau-pun juga. Sekarang aku besar, tapi kau masih tetap saja kecil. Andai ada kunang-kunang sebesar diriku, maka akan teranglah dunia.

Pengikut