Minggu, 06 Mei 2012

Filsafat Ilmu: Sains dan Filsafat

Pengetahuan adalah makna/pembahasaan atas objek-objek abstrak atau kongkrit yang terjalin menjadi sebuah struktur pemikiran. Pengetahuan-bahasa-pemikiran, adalah tiga unsur yang tak bisa lepas satu sama lain sebagai proses mental dlm diri seseorang. Filsafat ilmu adalah kajian yang bersifat kritis, dan radikal tentang dasar, sumber, metode, validitas, dan perkembangan ilmu pengetahuan. Filsafat ilmu berkaitan dengan: epistemologi, metodologi, sejarah ilmu, psikologi ilmu, dan sosiologi ilmu. Filsafat ilmu merupakan penyelidikan lanjutan (secondary reflection) terhadap ilmu pengetahuan. Manfaat filsafat ilmu, yaitu:

1. Memahami asumsi-asumsi atau dasar-dasar filsafat (ontologis, epistemologis dan aksiologis) ilmu pengetahuan;

2. Memahami bentuk-bentuk atau jenis-jenis ilmu pengetahuan, serta mengetahui kekuatan dan keterbatasannya;

3. Memahami ragam pandangan tentang dan penilaian kritis terhadap ilmu pengetahuan.


Filsafat membantu ilmu memikirkan dan menjawab apa yang tak dapat dipikirkan dan dijawab oleh sains. Sains menyediakan pertanyaan-pertanyaan bagi filsafat. Filsafat menyediakan konsep-konsep yang gejalanya dapat diteliti oleh sains. Ilmu pengetahuan modern menemukan banyak persoalan yang tak dapat dijawab langsung dengan metode-metode empirik. Perlu refleksi filosofis. Ilmu pengetahuan perlu menentukan asumsi-asumsi dasarnya yang pada dasarnya adalah filsafat tertentu.


Kurt Gödel: "Matematika sebagai logika sains memberikan bukti bagi keterbatasan sistem-sistem pengetahuan"


Sains berbeda dari cara perolehan pengetahuan lain karena penjelasannya. Motif sains adalah setepat dan sejelas mungkin menjelaskan gejala. Sedangkan flsafat ilmu menyediakan kerangka orientasi bagi ilmu untuk mendekati dan memandang gejala. Filsafat ilmu membantu ilmu untuk menyediakan kerangka pikir untuk menjelaskan, meramalkan dan mengendalikan gejala. Filsafat ilmu memikirkan dan mengkaji persoalan yang tak dapat dijawab oleh ilmu. Hasilnya: asumsi, kerangka pikir dan cara memahami ilmu.


Penjelasan ilmiah mengandung “explanans” atau “explanantia” = kalimat yang menjelaskan; dan “explanandum”atau “explananda” = kejadian yang dijelaskan. Ada filsuf yang mencari hubungan obyektif antara "explanandum" dan "explanans" sebab mereka percaya bahwa sains mengandung kebenaran tentang dunia. Ada juga yang percaya hubungan antara "explanandum" dan "explanans" adalah hasil konstruksi manusia dalam rangka memahami dunia. Filsuf yang mencari hubungan obyektif antara "explanandum" dan "explanans" menganggap penjelasan ilmiah mencerminkan kenyataan dunia . Flsuf yang percaya hubungan antara "explanandum" dan "explanans" adalah hasil konstruksi memandang penjelasan ilmiah sebagai alat manusia. Empirisme: pengetahuan dijustifikasi oleh pengalaman; kebenaran sains tak niscaya dan tak melampaui kenyataan yang ditemui dalam pengalaman. Rasionalisme: pengetahuan datang dari pikiran dan dijustifikasi oleh koherensi logis.


Ada yang beranggapan, penjelasan Ilmiah membutuhkan hukum-hukum yang mendasarinya, oleh sebab itu penjelasan adalah penjelasan sebab-akibat. Ilmuwan lain berusaha mengerti cara penalaran bekerja dalam penjelasan yang diberikan ilmuwan. Menurut mereka ilmu tak perlu mencari hukum. Awalnya ilmuwan mau menjelaskan obyek seharusnya. Tapi ini sulit sekali sebab observasi/eksperimen hanya menunjukan obyek sebagaimana adanya Ilmuwan belakangan tidak mencari hukum sebagai penjelas, melainkan lebih fokus pada bagaimana penjelasan menjawab pertanyaan orang. Ada dua pendekatan penjelasan ilmiah, yaitu:

1. Penjelasan sebab-akibat yang menyertakan hukum;

2. Hubungan sebab-akibat tanpa melibatkan hukum. Hubungan sebab-akibat yg tak libatkan hukum terdiri dari: 1. Unifikasi: memadukan berbagai penjelasan menjadi lebih lengkap, akurat dan umum; 2. Penjelasan teleologis: penjelasan beorientasi pada tujuan (telos);

3. Penjelasan dengan menekankan keniscayaan logis (logical necessity). Prinsip parsimoni berlaku: Penjelasan yang paling sederhana dan paling mungkin, serta paling luas jangkauannya yang paling diandalkan.


Antirealisme: memperlakukan teori sebagai sebuah alat heuristik (jalan-pintas), sebuah instrumen untuk meramalkan saja. Realisme: memandang teori ilmiah sebagai deskripsi yang bisa benar/salah dari fenomena yang teramati. Teori yang baik adalah teori yang benar.Realisme: berkeras bahwa hanya kesimpulan dari teori yang mendekati kebenaran yang dapat secara baik menjelaskan dan memprediksi gejala. Ilmu pengetahuan berikhtiar untuk merekonstruksi secara rasional alam yang ideal atau esensial yang hendak dijelaskan oleh teori ilmiah.


Equipped with his five senses, man explores the universe around him and calls the adventure Science. ~Edwin Powell Hubble (1954)

Every great advance in science has issued from a new audacity of imagination. ~John Dewey, "The Quest for Certainty", (1929)

Science increases our power in proportion as it lowers our pride. ~Claude Bernard


Published with Blogger-droid v2.0.4

0 komentar:

Posting Komentar

Tayangan halaman minggu lalu

Diberdayakan oleh Blogger.

Mengenai Saya

Foto saya
Kunang-kunang, dulu aku kecil, kau-pun juga. Sekarang aku besar, tapi kau masih tetap saja kecil. Andai ada kunang-kunang sebesar diriku, maka akan teranglah dunia.

Pengikut