Rabu, 21 Maret 2012

Teknologi Memudahkan Manusia Mengontrol Segala Hal, Kecuali Teknologi Itu Sendiri

Teknologi pada awalnya adalah usaha untuk memudahkan manusia. Kemudian dari teknologi menjadikan manusia lebih punya banyak waktu merenung. Dengan teknologi, hidup manusia mestinya bisa diperdalam dan diperkaya. Waktu manusia tak sepenuhnya tersita hanya untuk bertahan hidup. Tetapi, manusia seringkali larut dalam teknologi, menggantungkan diri kepadanya. Dan teknologi melampaui kemanusiaan.

Kini, sepertinya teknologi memungkinkan manusia mengontrol sejuta hal, kecuali teknologi itu sendiri. Jika awalnya, "techne" bagian dari usaha untuk memahami dunia, kini tampaknya teknologi menjadi bagian dari usaha mengaburkan dunia. Teknologi ikut membentuk kesadaran akan dunia, yaitu kesadaran yang dibengkokan dari kenyataan. Itu terjadi sebab hidup diciutkan sebatas teknik. Teknologi dalam penghayatan manusia modern menjadi sihir yang seakan-akan dapat mewujudkan apapun yang diinginkan dalam waktu sekejap.

Kehausan akan teknologi berakar pada fetisisme komoditas; kecintaan akan komoditas yang irasional dan tak pernah terpuaskan. Bercinta dengan teknologi menjadi hal umum saat ini; relasi yang menempatkan manusia sebagai hamba penurut apapun yang ditawrkan teknologi. Teknologi adalah anak peradaban yang selalu bersaing dengan kebudayaan dalam mengarahkan hidup manusia. Peradaban adalah hasil usaha manusia untuk memenuhi kebutuhan sebagai makhluk alamiah. Kebudayaan adalah hasil usaha manusia sebagai makhluk spiritual. Sebagai anak peradaban teknologi selalu membidik naluri manusia untuk mendapatkan kenikmatan dan menghindari ketakutan; melemahkan pikiran. Tentu saja tanpa peradaban dan teknologi, manusia terbelakang. Tapi menggantungkan diri sepenuhnya pada teknologi, manusia tak kemana-mana.

Pada awalnya teknologi meniru alam. Kini alam meniru teknologi. Tiruan melampaui aslinya. Alam terpuruk, kesadaran puas dipermukaan saja. Dulu pernah teknologi adalah perwujudan hasrat untuk menyempurnakan alam. Kini teknologi adalah hasrat memperburuk alam. Keyakinan akan teknologi seringkali berbanding terbalik dengan keyakinan akan nalar. Padahal teknologi adalah turunan nalar. Paradoks!

Netralkah teknologi? Atau sejak awal ia memihak hasrat berkuasa? Kini seakan-akan teknologi memiliki kehendak sendiri dan manusia takluk. Berbahagialah kita punya teknologi. Meski karenanya kita harus berjuang menepis sihirnya. Teknologi punya semua daya tarik untuk melenakan. Determinisme teknologi, meski seperti tak terhindarkan, harus selalu dilawan, bukan dengan phobia teknologi, tapi dengan setia pada hidup.


"Technology... Is a queer thing. It bring you great gifts with one hand, and it stabs you in the back with the other." - Carrie P. Snow


Published with Blogger-droid v2.0.4

0 komentar:

Posting Komentar

Tayangan halaman minggu lalu

Diberdayakan oleh Blogger.

Mengenai Saya

Foto saya
Kunang-kunang, dulu aku kecil, kau-pun juga. Sekarang aku besar, tapi kau masih tetap saja kecil. Andai ada kunang-kunang sebesar diriku, maka akan teranglah dunia.

Pengikut