Sabtu, 10 Maret 2012

WAWANCARA IMAGINER ARISTOTELES



Aristoteles: “Hai Eko bangun.. sudah pagi, nanti keburu rejekinya dipatok ayam”

Eko            : “Hah, oh iya om, gapapa saya bangun siang biar ayamnya matokin semua rejeki, jadi nanti ayamnya tinggal saya makan”

Aristoteles: “Hmmm.. Eko dengarlah”

Eko        : “Kenapa?”

Aristoteles:: “Wahai Eko, mempelajari politik bagiku ialah mempelajari jiwa sebagai virtue and happines”

Eko        : “Hah?”

Aristoteles: “By human virtue we maen not that of the body but that of the soul, and happiness also we call an activity of soul”

Eko        : “ Apa itu maksudnya, om?”

Aristoteles: “Manusia muncul sebagai diri berkesadaran (subjek) berhadapan dengan dunianya sebagai kesatuan di luar dirinya (objektif). Sebelumnya manusia hadir sebagai bagian dari alam (kosmos) namun dengan kesadaran diri sebagai makhluk rasional, manusia hadir sebagai entitas mandiri. Manusia menjaga jarak dengan alam dengan pertanyaan mendasar apakah benda-benda atau kosmos? Siapakah manusia?”

Eko        : “Mmmh.. terus?”

Aristoteles: “Dengan pertanyaan ini relasi mitis antara manusia dengan alam terputus. Alam sekarang dilihat sebagai kesatuan harmoni atau logos atau sistem. Manusia pun melihat dirinya sebagai makhluk rasional. Manusia dan alam sama-sama dianggap memiliki substansinya masing-masing namun punya perekat-rasionalitas.”

Eko        : “Hmm.. terus korelasinya dengan statement tadi apa?”

Aristoteles: “Manusia tidak saja dilihat sebagai individu yang berpikir dalam menjadi manusia karena kehadiran manusia lainnya sebagai relasi sosial (polis). Maka yang menjadi fokus dari problem individu-sosial ini yakni bagaimana hakekat makhluk rasional ini mewujud dalam sosial?

Eko        : “Hmmm..  (mikir)

Aristoteles: “Etika dan politik seperti satu koin dengan dua wajah dalam filsafat tentang nilai dariku. Apa yang menjadi tujuan dari tindakan manusia dalam hidup bermasyarakat bagiku ialah KEBAHAGIAAN.”

Eko        : “Ohya, itu saya juga ga menolak”

Aristoteles: “Dengar Eko”

Eko        : “Siap gerak”

Aristoteles: “Menurutku manusia ialah makhluk rasional, aku yakin tindakan manusia pun akan terarah dengan benar yakni pada kebahagiaan itu. Dengan hakikat manusia sebagai makhluk rasional, segala tindakannya pasti akan diperhitungkan demi sebuah tujuan. Yaitu tindakan bertujuan (teleologis)

Eko              : “Maksudnya? Dia datang darimana om? Sok tahuku tak ada manusia egois yang mampu hidup dengan manusia egois lain,melainkan dirinya sendiri. Ketika kita berhadapan dengan manusia egois, bukankah kita juga menjadi egois, karena kita mengharapkan ia sesuai dengan kemauan kita.

Aristoteles: “Tindakan-tindakan yang membawa kita pada tujuan akhir yaitu kebahagiaan muncul dari jiwa (soul) yang mampu melihat kebaikan (good).

Eko        : “Hmmm..”

Aristoteles: “Dalam jiwa kita mengenal adanya kehendak dorongan bagaimana tindakan untuk yang baik itu bisa mewujud pada masyarakat. Jiwa menunjukkan karakter seseorang bagaimana dia berinteraksi dan bertindak bagi kebaikan bersama tanpa kehilangan kediriannya yang rasional.”

Eko        : “Berati apakah aku harus menyesal duduk di kursi kuliah jurusan politik?”

Aristoteles: “Kamu sudah besar, Rolling Stone bajumu. Engkau harusnya kecewa kenapa kau menyesal setelah tahu bahwa menyesal itu tidak berguna.”

Eko        : “Iya”

Aristoteles: “Wahai Eko, hal yang baik muncul dari jiwa dan memungkinkan bangkitnya kebaikan bersama sebagai jiwa masyarakat . Kamu sudah benar belajar di politik, lakukanlah demi kebaikan bersama.”

Eko        : “Oke banget. Om Aris”

Aristoteles: “Yang harus kau sedihkan adalah bila kau belajar untuk berhenti belajar. Berbahagialah”

Eko        : “Siap boss”

Aristoteles:  “Yasudah, salam ya buat keluarga”

Eko        : “Iya nanti saya sampaikan, Eh iya om terima kasih ya”

*) Cerita ini diambil ketika saya tidur

Published with Blogger-droid v2.0.4

0 komentar:

Posting Komentar

Tayangan halaman minggu lalu

Diberdayakan oleh Blogger.

Mengenai Saya

Foto saya
Kunang-kunang, dulu aku kecil, kau-pun juga. Sekarang aku besar, tapi kau masih tetap saja kecil. Andai ada kunang-kunang sebesar diriku, maka akan teranglah dunia.

Pengikut