Jumat, 02 Maret 2012

SURAT MERAH MARUN

By: Eko Surya Winata


“Kenapa upil bila di dalam hidung tidak bau? Karena tak ada yg bisa dibandingkan” (Winata:69)


Mayoritas ya biasanya mendominasi keseluruhan hajat hidup dalam bermasyarakat, praktisnya sering kali merepresi minoritas. Relasi mayoritas-minoritas sifatnya: internal dan eksternal. Internal, dalam 1 ada 2 karakter ex, Islam: Suny/Syiah, Kristen: Katolik/Protestan. Relasi eksternal mayoritas-minoritas, dua karakter yang berbeda, beda etnis, agama, seks, ideologi, dll. Kalo kasus ahmadiyah? Itu masuk relasi dominasi internal. Peran negara di sini tak berperan tapi dengan itu mengisyaratkan berpihak pada mayoritas. Kasus GKI Yasmin di Bogor? Itu masuk relasi dominasi eksternal, pihak islam yang mayoritas di sana larang minoritas kristen dirikan rumah ibadah.

Relasi mayoritas-minoritas ada di mana-mana dan sesuai kondisi, ex, Katolik minoritas direpresi protestan, seperti sejarah Inggris-Irlandia. Bahkan mungkin dalam anggota diri kita sendiri ada yang jadi minoritas karena kita lebih mementingkan anggota lainnya sebagai yang difavoritkan. Dalam komunitas anda sendiri yang dominan anda merasa eksis sebagai mayoritas tapi ketika di tengah komunitas lain anda jadi minoritas. Bahkan di dalam keluarga besar, ada anak yang merasa diri jadi minoritas karena orang tua lebih cenderung istimewakan anak-anak lainnya. Tapi si anak yang merasa diri minoritas di rumah ternyata kepala antar gang mayoritas. Itu loh maksudnya mayoritas-minoritas itu kondisional sifatnya.

Memang mayoritas-minoritas itu cenderung kuantitas. Kalo kualitas ga ada tuh polarisasi kayak gitu. Secara politik banyak negara yang keluar dari pola mayoritas-minoritas; Kenedy dari segi agama Katolik yang minoritas, Obama dari segi ras (Sekalipun dia mix), India pernah juga presidennya dari agama Islam dari mayoritas Hindu. Kalo di dunia akademik ada pola mayoritas-minoritas naaahh.. itu pasti dunia akademik-akademikan. Karena harusnya menekankan kualitas intelektual.

Untuk ke luar dari pola sempit mayoritas-minoritas butuh wawasan, sadar kualitas, ga mudah parnoan, gaul, altruis, dsb. Orang yang tidak terpaku pada pola eksklusif mayoritas-minoritas dia yang menggali terus potensi diri tanpa terancam atau mendiskreditkan potensi orang lain. Orang yang tidak terpaku pada pola sempit mayoritas-minoritas dia yang berani mengritisi kelompoknya sendiri dan merecognize kelompok lain.


Published with Blogger-droid v2.0.4

0 komentar:

Posting Komentar

Tayangan halaman minggu lalu

Diberdayakan oleh Blogger.

Mengenai Saya

Foto saya
Kunang-kunang, dulu aku kecil, kau-pun juga. Sekarang aku besar, tapi kau masih tetap saja kecil. Andai ada kunang-kunang sebesar diriku, maka akan teranglah dunia.

Pengikut